Prof Suarta: Sekolah Swasta Mati Pelan-Pelan karena Jalur Belakang
Denpasar – Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Prof I Made Suarta M.Hum menyebut sekolah swasta bisa mati pelan-pelan karena Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB ) masih kental nuansa ‘jalur tikus’ atau titipan ‘jalur belakang’.
“Ketidaktaatan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam PPDB dalam praktiknya ada kelas tambahan, membuat banyak peserta didik, harusnya masuk sekolah swasta menjadi siswa tambahan di sekolah negeri,” ucapnya di Denpasar, Jumat (23/6/23).
Prof Suarta juga mengatakan bahwa dimanapun siswa bersekolah semuanya ada pada niatan siswa bersangkutan. “Pendidikan dimanapun sama sekarang tergantung kemauan peserta didik, mau atau tidak menjadi hebat dimanapun berada karena kurikulumnya sama di semua sekolah,” katanya.
Selain itu, ia juga meyakini dalam proses PPDB ada elit bermain untuk memuluskan jalur belakang tersebut, karena orang biasa tidak mungkin bisa menggunakan jalur belakang.
“Ada oknum elit bermain disini mau tidak mau harus diterima karena ada nota sakti datang membuat mereka (pihak sekolah, red) harus menerima karena takut posisi mereka terancam sehingga terjadi pembekakan kelas,” tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Provinsi Bali Gede Ngurah Ambara Putra mendesak pemerintah provinsi dan pemerintah daerah segera membuat Perda tentang Pendidikan yang mampu menyelamatkan dan melindungi keberlangsungan sekolah swasta
“Tidak adanya kebijakan yang tegas tentang pembatasan siswa di sekolah-sekolah negeri, yang cenderung mencari siswa sebanyak-banyaknya. Bahkan, tak jarang yang membuka kelas baru atau jumlah siswa melebihi daya tampung.”
“Padahal jumlah peserta didik setiap rombel (rombongan belajar) adalah 36 siswa,” keluh Ngurah Ambara di Denpasar,, Selasa (31/5/2022).
Reporter: Dewa Fathur
Editor: Ady Irawan

Tinggalkan Balasan