Kerap Digelar Jorjoran, Penyuluh Agama Hindu: Yadnya Hakikatnya Tidak Memiskinkan!
Denpasar – Kehidupan masyarakat Bali barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan yadnya (upacara agama). Kendati demikian, biaya terkait pelaksanaan yadnya kerap kali dikeluhkan oleh sejumlah masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Penyuluh Agama Hindu Kabupaten Klungkung I Dewa Gede Darma Pemana menyebutkan, pelaksanaan yadnya tak hanya mengacu pada aspek religiusitas semata namun juga mencakup aspek budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat Bali.
Ia menerangkan, hingga kini tak jarang ditemukan pelaksanaan yadnya yang terkesan jorjoran.
“Namun sesungguhnya hal itu tidak menjadi masalah, selagi disanggupi secara finansial. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang tidak paham maksud pelaksanaan yadnya tersebut, atau lebih-lebih memiliki tujuan pamer atau pamrih,” ungkapnya kepada wacanabali.com, Rabu (12/7/23).
Lebih lanjut, Dewa Permana menyatakan, pelaksanaan yadnya semestinya tidak membelot dari kaidah-kaidah sastra (petunjuk teks suci), desa (tempat), kala (waktu) dan patra (keadaan) di masing-masing wilayah.
“Perhatikan juga aspek kemampuan finansial diri, karena pada hakikatnya yadnya tidak pernah memiskinkan atau membuat umat susah,” tandasnya.
Reporter: Komang Ari
Editor: Ngurah Dibia

Tinggalkan Balasan