Tabanan – Bale Banjar merupakan salah satu aset yang dimiliki masing-masing desa pakraman (desa adat, red) di Bali. Kendati demikian, pemanfaatannya selama ini dirasa kurang efektif karena cenderung mengacu pada kegiatan yang bersifat seremonial semata.

Menanggapi hal itu, Perbekel (Kepala Desa) Cepaka, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan menyebutkan, optimalisasi pemanfaatan bale banjar perlu ditingkatkan sebagai wadah aktivitas masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di desa.

“Bale banjar itu bukan monumen bisu,” cetusnya kepada wacanabali.com, Kamis (13/7/23).

Pihaknya mengaku, tengah mengembangkan fungsi bale banjar menjadi ruang belajar bagi anak-anak desa. Sehingga, kata dia, bale banjar yang dimiliki Desa Cepaka kini telah beralih status sebagai ‘The Center of Excellence’ (CoE)

Baca Juga  Belum Ditemukan, Pencarian ABK Jatuh ke Laut Dihentikan

Seperti diketahui, Center of Excellence dalam hal ini merupakan rancangan yang difokuskan untuk melatih kemampuan hard skill dan juga soft skill yang dimiliki oleh warga banjar terutama kaum muda-mudinya.

Hard skill merupakan keahlian yang bisa diukur dan dikuantifikasi. Pengukurannya salah satu contohnya jika di dunia pendidikan bisa melalui gelar kuliah, nilai, atau sertifikasi. Di sisi lain, soft skill adalah keahlian yang lebih bersifat subyektif. Soft skill sering disebut keterampilan berhubungan dengan orang atau kecerdasan emosional, merujuk pada kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Menurut mantan dosen Universitas Telkom ini, The Center of Excellence digagas dalam upaya mewujudkan generasi muda yang unggul, baik dalam mindset (pola pikir), attitude (sikap), skill (keterampilan), maupun knowledge (pengetahuan).

Baca Juga  Berikan Motivasi, Kapolres Jembrana Jenguk Anggota yang Sakit

“Program ini diinisiasi saat Covid-19 tahun 2020, ketika anak-anak tidak dapat pergi langsung bersekolah. Harapannya, melalui program ini generasi muda dapat berkualitas MASK (memiliki mindset, attitude, skill dan knowledge yang berkualitas, red),” imbuhnya.

Baginya, tantangan dalam menjalankan program ini adalah mempertahankan konsistensi dalam membangun kerja sama bagi pihak-pihak yang bersedia berkolaborasi dengan desa untuk melakukan pengajaran.

“Setelah melakukan penandatanganan MoU kepada pihak universitas tentunya mempertahankannya agar tetap konsisten menjadi tantangan tersendiri,” sebutnya.

Pihaknya berharap, pemangku kebijakan dapat memfasilitasi program-program yang diinisiasi desa dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.

“Harapannya sih pemerintah dapat memfasilitasi dan mengintervensi agar program ini dapat berjalan dengan baik,” tandasnya

Baca Juga  Ajak Ngopi Bersahaja, Camat, Kades dan Lurah se-Jembrana, Salomina : Kita Berikan Penerangan Hukum

Reporter: Komang Ari

Editor: Ngurah Dibia