Denpasar – Pengamat pendidikan Anak Agung Gede Agung Aryawan menyayangkan upah guru di bawah standar. Ia menilai ini sebagai perbudakan moderen.

“Ini termasuk perbudakan moderen saya miris melihat fenomena seperti ini dimana mereka (guru, red) seolah diperbudak dengan gaji kecil,” cetus pria yang akrab dipanggil Gungde ini.

“Upah guru sekarang masih di bawah upah minimum kota (UMK) banyak guru diperbudak dengan upah kecil tidak sesuai dengan tanggung jawab diemban,” sambungnya kepada wacanabali.com Sabtu, (15/7/23).

Dirinya menambahkan bahwa hal tersebut tidak hanya terjadi pada guru sekolah negeri tetapi guru sekolah swasta juga mengalami hal serupa.

“Bukan hanya guru negeri, guru swasta juga sama diperlakukan seperti budak kita lihat gajinya dihitung per jam, sedangkan ketua yayasannya naik mobil mewah ini tidak masuk akal,” sentil Gungde.

Baca Juga  Disdikpora Bali Digeruduk Warga, Gungde: Tinggal Buka Data

Ia berharap pemangku kebijakan harus membuat peraturan tegas terkait upah guru.

“Harus ada peraturan tegas perihal penggajian guru, karena tugas guru berat dituntut untuk mencerdaskan tetapi mereka tidak sejahtera,” tutup Gungde

Sementara itu dikonfirmasi terpisah salah satu guru kontrak di sekolah negeri Kota Denpasar mengaku digaji Rp1.800.000 padahal UMK Kota Denpasar tahun 2023 sebesar Rp 2.990.000.

“Per bulan dapat gaji satu koma delapan (Rp 1.800.000, red). Tanpa tambahan (tunjangan, red) apa-apa, BPJS (asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan, red) juga tidak dapat,” cetus salah satu guru kontrak sekolah dasar di Kota Denpasar, yang minta tidak disebut namanya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya pengamat pendidikan Prof Rumawan Salain menyebutkan kekurangan guru disebabkan karena guru tidak lagi diberlakukan sebagai profesi namun dianggap sebagai ‘buruh’.

Baca Juga  Prof Rumawan: Dunia Pendidikan Kita hanya Mengejar Perubahan Bukan Ketertinggalan

“Kekurangan guru saat ini terjadi karena guru sudah tidak dianggap lagi sebagai profesi melainkan sebagai buruh sehingga penghasilannya jauh dari kecukupan. Bagaimana bisa mereka mengajar dengan baik,” ucapnya kepada wacanabali.com Kamis, (6/7/23).

Prof Rumawan menambahkan kesetengahhatian pemerintah dalam memperlakukan guru membuat masyarakat enggan menjadi guru.

“Kenyataannya seperti itu tidak percaya diri masyarakat sekarang menjadi guru, karena perlakuan pemerintah terkesan setengah hati kepada guru,” tandasnya.

Selain itu ia menilai tidak adanya penghargaan kepada profesi guru juga menjadi penyebabnya.

“Masak profesi guru mau dihargai bagaikan buruh kan kurang layak apalagi sistem seperti sekarang membuat guru kurang waktu untuk memperbaharui pengetahuannya,” pungkas Prof Rumawan.

Baca Juga  Pro Kontra Sidak Sekolah AWK, Ini Kata Pengamat Pendidikan

Reporter: Dewa Fathur
Editor: Ady Gama