Denpasar – Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Nyoman Kenak menyampaikan ada salah kaprah mengenai makna hari raya Sugihan Bali dan Sugian Jawa.

Ia menjelaskan bahwa kedua hari raya tersebut, bukan menentukan umat hindu berasal dari keturunan Jawa atau Bali, seperti yang sering dikatakan.

“Umat hindu harusnya merayakan kedua sugihan tersebut ada sedikit salah kaprah disini, karena pada hari sugihan jawa, umat hindu membersihkan bhuana agung (alam semesta, red) dengan berbagai upacara,” ucapnya kepada wacanabali.com, Jumat (28/7/23).

Begitupula untuk Sugihan Bali, Nyoman kenak menjelaskan bahwa saat hari raya Sugihan Bali, umat hindu melakukan pembersihan terhadap bhuana alit (jiwa dan raga).

Baca Juga  Tahun Politik, PHDI Bali Soroti Kampanye Berbau Agama

“Sugihan Bali sebagai bentuk pembersihan diri terhadap jiwa dan raga menggunakan berbagai sarana upacara seperti tirta (air suci,red),” tambahnya.

Dirinya menjelaskan bahwa perayaan sugihan tersebut sama sekali tidak ada hubunganya dengan garis keturunan umat hindu di Bali.

“Sebenarnya itu tidak benar dan tidak ada hubunganya antara Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, bukan berarti jika merayakan sugihan jawa mereka leluhurnya dari Jawa begitu pula sebaliknya, tutup Kenak.

Hal senada juga dijelaskan oleh ahli lontar Ida Bagus Putera Manik Aryan menjelaskan Sugihan itu asal katanya adalah sugi (bahasa Kawi).

“Sugi bermakna pembersihan kata jawa dalam sugihan Jawa dalam hal ini bermakna makro cosmos (jagat) sedangkan kata Bali dalam pengertian sugihan Bali maknanya pembersihan atau penyucian micro cosmos (badan),” ucapnya kepada wacanabali.com, Jumat (28/7/23).

Baca Juga  Benarkah BTID Langgar Radius Suci Pura Sakenan?

Dirinya menambahkan bahwa rangkaian hari sugihan Jawa dan Sugihan Bali memiliki makna pembersihan alam dan diri
“Rangkaian sugihan Jawa dan Sugihan Bali maknanya pembersihan terhadap alam semesta dan diri sendiri,” tutupnya.

Reporter: Dewa Fathur