Jepang Buang Limbah Radio Aktif ke Samudera Pasifik, Walhi: Kami Baru Tahu
Denpasar – Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, Made Krisna Dinata mengaku tidak mengetahui informasi, terkait adanya keputusan Jepang membuang limbah air radio aktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik pada 24 Agustus 2023, yang mengancam keberadaan eksosistem di laut Indonesia khususnya Bali 10 tahun ke depan, Jumat (1/9/23).
“Terkait dengan keputusan Jepang membuang limbah nika (itu, red) kami tidak tahu informasinya pastinya,” ungkap pria yang akrab dipanggil Bokis ini kepada wacanabali.com, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp, Kamis (31/8/23).
Organisasi independen nonprofit (nirlaba) terbesar di Indonesia tersebut, diketahui sangat aktif menyuarakan gerakan tentang perlindungan terhadap lingkungan hidup. Justru kali ini kekurangan data terkait permasalahan Jepang dalam pengelolaan limbah berbahayanya tersebut, di mana sejumlah negara seperti Cina, Korea Selatan, dan Filipina sudah menyatakan kecamannya terhadap keputusan Jepang tersebut.
“Kami baru tahu masalah ini. Untuk itu, kami belum bisa memberikan tanggapannya karena keterbatasan data terkait permasalahan tersebut,” jelas Bokis.
Untuk diketahui, Jepang mulai membuang limbah radio aktif ke Samudera Pasifik dilakukan setelah 12 tahun terjadinya kecelakaan nuklir karena tsunami dan gempa di negara tersebut. Lebih dari satu juta metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN dialirkan ke laut Pasifik.
Pembuangan limbah nuklir ini dikecam banyak pihak dan negara, karena buntut kandungan tritium dikhawatirkan berbahaya bagi ekosistem laut. Cina paling mengecam keras, karena dianggap dampak buruk tritium bagi kesehatan warga mereka.
Selain itu, Korea Selatan juga memprotes keputusan tersebut, dari politikus, aktivis, hingga nelayan mengutuk keras keputusan Tokyo tersebut.
Sementara itu, Indonesia secara global merupakan negara dengan jalur lautnya yang panjang, terhubung langsung dengan Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Laut Cina Selatan. Oleh karena itu, bila terjadi pembuangan limbah nuklir oleh Jepang, secara jangka panjang dikhawatirkan akan berakibat terjadinya kontaminasi perairan laut yang bisa saja mengalir ke wilayah Indonesia.
Hal ini akan berdampak buruk, kontaminasi limbah dapat merusak organisme laut, seperti ikan, plankton, dan hewan lainnya, di mana beberapa spesies ikan asal Indonesia bernilai ekonomis tinggi berpotensi terdampak karena pola migrasi ikan sampai ke
Samudera Pasifik.
Tidak hanya itu, banyak juga kalangan menilai hal ini juga akan berdampak terhadap pariwisata Bali, yang sangat terkenal akan keindahan wisata pesisirnya.
Reporter: Krisna Putra
Editor: Ngurah Dibia

Tinggalkan Balasan