Denpasar – Menanggapi hebohnya kebijakan Jepang membuang limbah radio aktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik, salah satu Praktisi Kelautan asal Bali, Agung Pram mengatakan, ancaman limbah sampah plastik dianggap lebih berbahaya bagi masa depan ekosistem laut di Indonesia tanpa banyak disadari oleh sebagian besar masyarakat.

“Saya yakin, Jepang memiliki data yang cukup valid dan terkurasi. Terlebih, lautan yang akan terdampak paling awal adalah kawasan mereka sendiri. Jangan sampai kita sibuk cuap-cuap soal limbah nuklir Jepang, tapi melupakan bahwa sampah plastik yang masuk ke laut justru lebih berbahaya,” tegas Gung Pram, alumni Offshore Engineering, Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) tersebut, Senin (4/9/23).

Menurut pria yang sangat konsen terhadap sustainable green dan blue economy tersebut, ia tidak memiliki kapasitas untuk berbicara banyak dalam perspektif kompleks pengolahan limbah nuklir Jepang tersebut. Namun, sepengetahuannya dari berbagai literature, limbah nuklir mengandung zat radioaktif berumur panjang peluruhannya, sehingga dapat dikatakan kebijakan Jepang telah membahayakan perairan dunia tentunya terhubung hingga perairan Indonesia.

Baca Juga  Tak Harmonis, Ipat Mundur sebagai Wakil Bupati Jembrana

“Sepanjang saya ketahui, limbah ini (zat radio aktif, red) penguraian nya cukup rumit. Selain itu, zat ini umurnya panjang, jadi kalaupun berada di laut zat ini akan mengikuti arus. Namun, kita harus melihat juga bahwa Jepang tentunya telah menerapkan standar pengelolaan yang menganut Asas Proteksi Radiasi, meliputi asas justifikasi, limitasi, dan optimisasi,” paparnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, sebagai masyarakat cerdas perlu bagi kita untuk lebih memastikan informasi yang diperoleh terkait permasalahan dampak ke depan dari adanya kebijakan Jepang tersebut, karena bicara soal dampak sudah pasti ada, dan mungkin baru diketahui masyarakat dalam kurun waktu panjang.

“Jadi yang pasti adalah pembuangan air yang tercemar nuklir ke lautan akan mempengaruhi berbagai aspek termasuk migrasi ikan secara global, perikanan pelagis, kesehatan manusia dan keamanan ekologi, yang memerlukan perhatian lebih lanjut adalah mengelola dampak yang mungkin timbul seminimal mungkin,” imbuhnya.

Baca Juga  Saksi Cantik Golkar Badung Berhasil Curi Perhatian Warganet Abiansemal

Ia menekankan, bahwa yang perlu dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan proses mitigasi dan pengawasan terhadap ekosistem laut Indonesia, khususnya perikanan dan sumber daya laut lainnya, perhatikan juga dampak musim agar kita tidak salah dalam membangun opini.

Selain itu, masyarakat juga diminta agar tidak lupa bahwa ada ancaman besar lainnya bagi laut Indonesia selain limbah radio aktif Jepang, yakni limbah sampah plastik yang sangat jelas dampaknya terhadap masa depan laut Indonesia.

“Jangan lupa bahwa limbah plastik juga ancaman besar bagi laut Indonesia, tidak mudah terurai oleh alam secara alamiah. Sehingga akumulasi sampah plastik setiap tahunnya akan menjadi limbah tak terkelola menimbulkan polusi yang akan merusak alam, mencemari air tanah dan dapat menyebabkan dampak kesehatan serius terhadap manusia hingga laut Indonesia,” pungkas Gung Pram.

Baca Juga  Jelang Pilpres, Indonesia Butuh Pemimpin Seperti ini

Mengakhiri tanggapannya, Gung Pram berharap para pihak bisa menjaga keseimbangan alam dengan pemahaman lebih kompleks, sehingga bisa menyikapi isu ini lebih bijak dan opini memiliki perspektif lebih luas dan implementatif.

“Soal isu ini (limbah radio aktif Jepang, red) bukan karena bencana atau kebocoran atau hasil reaksi fusi menghasilkan senyawa berbahaya dan sudah dalam pengawasan profesional, terkelola dan memenuhi syarat baku. Saya rasa harus kita sikapi atas dasar profesional dan kesepakatan global sajalah, lebih baik kita menjaga ekosistem lingkungan menjadi lebih stabil,” tutupnya.

Reporter: Krisna Putra

Editor: Ngurah Dibia