Jembrana — Bendungan Palasari, yang terletak di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, mengalami tingkat air yang sangat surut. Koordinator Analisis dan Prakiraan dari Stasiun Klimatologi (Staklim) Negara-Bali, Made Dwi Wiratmaja, menjelaskan bahwa penurunan air di Bendungan Palasari tidak hanya disebabkan oleh faktor cuaca, tetapi juga faktor alam.

“Dari hasil penelitian kami, kondisinya memang lebih parah dibandingkan dengan tahun 2019,” kata Dwi pada Senin (9/10/2023).

Dwi menyebutkan bahwa pada tahun 2015 dan 2019, indeks El Nino lebih kuat dibandingkan dengan tahun 2023. Namun, saat itu, tingkat air di Bendungan Palasari tidak sejatuh saat ini, bahkan debit air hanya mengalami penurunan yang wajar.

Baca Juga  Meski Urunan Warga Antusias Mengikuti Perlombaan Serangkaian Hari Kemerdekaan

“Kekeringan di Palasari tidak separah seperti sekarang ini. Saat ini, wilayah Palasari hanya mengalami hujan kurang dari 20 hari, sementara pada tahun 2019, sudah lebih dari 60 hari tanpa turun hujan,” ujar Dwi.

Dalam kesempatan ini, Dwi mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan. “Mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita, karena dampaknya tidak hanya terjadi pada Bendungan Palasari,” jelasnya.

Bendungan Palasari merupakan salah satu bendungan terbesar di Bali. Bendungan ini memiliki volume air waduk sebesar 8 juta meter kubik dan berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi, pasokan air baku, dan pariwisata. Akibat penurunan air yang signifikan, sektor pariwisata di sekitar area bendungan mengalami keterbatasan aktivitas seperti sebelumnya.

Baca Juga  Hafal Text Sumpah Pemuda Dapat Pertamax Gratis di Jembrana

Penurunan air di Bendungan Palasari juga berdampak pada ketersediaan air irigasi bagi para petani di daerah tersebut. Tidak hanya itu, debit air di sungai-sungai di sekitarnya juga terpengaruh oleh kondisi tersebut. Hingga saat ini, pihak berwenang masih berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah kekeringan yang terjadi di Bendungan Palasari.

Reporter: Yusuf Mudatsir

Editor: Ngurah Dibia