Puskor Hindunesia Desak Penundaan Program Nyamuk Ber-Wolbachia di Bali
Denpasar – Wakil Ketua Umum (Waketum) Bidang Humas Puskor Hindunesia Dewa Putu Sudarsana menolak rencana penerapan nyamuk wolbachia di Bali. Ia mengaku khawatir, metode yang diklaim untuk memerangi virus dengue.
“Posisi Puskor saat ini menolak apa yang dilakukan oleh pemerintah dan Yayasan yang terlibat dalam program ini karena memang tidak ada sosialisasi kepada masyarakat luas,” ujarnya kepada wacanabali.com di Denpasar, Senin (6/11/23).
Menurutnya, hal tersebut harus dipertimbangkan sebab menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat Bali kedepan.
“Apakah mau kita serahkan hidup kita kepada nyamuk yang tidak bisa kita kontrol?,” sambungnya.
Kendati demikian, pihaknya mengaku akan menerima dan mendukung program tersebut apabila telah dilakukan riset secara mendalam untuk mengantisipasi dampak negatif jangka panjang.
“Ya, kalau memang bagus pasti kita dukung. Kita juga bisa menyampaikan informasi terkait ini kepada masyarakat,”
Dengan demikian, pihaknya berharap adanya penundaan pelepasan telur nyamuk dengan metode Wolbachia yang semula diketahui direncanakan akan dilakukan pada bulan November ini di Denpasar.
“Jangan ada dusta, jangan sampai nyamuk menjadi cinta segitiga gitu lho,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Chief of Partnership, Strategy Program and Operation Save the Children Indonesia Erwin Simangunsong menerangkan, World Mosquito Program (WMP) telah mengimplementasikan metode wolbachia di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut dijelaskan, wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 50 persen serangga yang ada di bumi dan dinyatakan aman untuk manusia, hewan dan lingkungan.
“Wolbachia mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak menularkan penyakit dengue, zika dan chikungunya,” terangnya pada rilis yang diterima wacanabali.com, Jumat (3/11/23)
Pihaknya menyebut, Kemenkes RI telah mengevaluasi hasil penyebaran nyamuk di Yogyakarta dan menyatakan bahwa cukup bukti untuk memperluas manfaat Wolbachia WMP guna melindungi jutaan orang di Indonesia dari Demam Berdarah Dengue (DBD).
Melalui Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 metode Wolbachia di diimplementasikan di 5 kota lainnya yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.implementasikan di 5 kota lainnya yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.
“Di Indonesia Wolbachia WMP pertama kali dilakukan di Yogyakarta. Hasilnya metode Wolbachia ini terbukti berhasil menurunkan 77 persen kasus DBD dan 86 persen rawat inap di rumah sakit,” tukasnya.
Kini di Bali, kata dia, program ini merupakan bentuk kolaborasi yang dilaksanakan Save The Children bersama dengan Yayasan Kerti Praja, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, Pemerintah Kabupaten Buleleng dan sejumlah perwakilan masyarakat.
“Metode Wolbachia ini menjadi inovasi baru untuk mencegah kasus DBD terus bertambah. Anak dan masyarakat harus dilindungi dari DBD,” pungkasnya.
Reporter: Komang Ari
Editor: Ady Irawan
Tinggalkan Balasan