APK Baliho Kurang Efektif Sasar Pemilih Muda di Bali
Badung – Menjadi opini di masyarakat menyebut penggunaan Baliho, Spanduk, dan Umbul-umbul sebagai Alat Peraga Kampanye (APK) jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dirasa kurang efektif menyasar pemilih muda, dimana generasi muda saat ini kehidupannya sangat erat dengan dunia digital, sehingga pemanfaatan platform digital sebagai alternatif pengganti APK konvensional menjadi sebuah solusi bagi para peserta Pemilu 2024.
Saat disinggung mengenai konsep “Green Campaign” (Kampanye Hijau) dengan pemanfaatan platform digital seperti Media Online sebagai alat kampanye jelang Pemilu 2024, Calon Senator RI Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali, Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyebut, kemajuan zaman merupakan hal yang tidak bisa dihindari setiap orang, dimana dalam sebuah transformasi ada istilah transisi, hal ini lah yang sedang dialami sebagian besar masyarakat saat ini.
Menurutnya, khususnya di Bali, pola kampanye dengan memanfaatkan platform digital juga penting dilakukan oleh para peseta pemilu. Selain menggunakan Baliho dan sejenisnya sebagai alat peraga konvensional, ia merasa penting juga untuk melakukan sosialisasi digital, sehingga para pemilih muda ini benar-benar bisa lebih mengenal siapa calonnya mereka sebagaimana konsep “Green Campaign” tersebut.

“Inikan kita lagi masa-masa transisi ya, terkadang pada masa ini tidak semua bisa menerima adanya perubahan kearah situ (digital, red). Tapi yang beradaptasi kebanyakan berhasil dan perubahan itu pasti akan berjalan. Ya pola-pola (kampanye hijau, red) seperti itu saya rasa mau tak mau harus dilakukan, selain penggunaan alat konvensional (Baliho, red) sebagai alat peraga, digitalisasi juga harus dilakukan tinggal porsinya saja diatur bagaimana,” ungkap Rai Mantra, Sabtu (4/11/23).
Untuk dapat diketahui, secara umum di Indonesia kategori pemilih dalam Pemilu 2024 mendatang didominasi oleh Generasi Y dan Z, mencapai 60% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa (data sensus 2020). Sehingga, angka ini merupakan suatu potensi besar yang merubah budaya berdemokrasi masyarakat jelang Pemilu 2024.
Apa itu Generasi Y?
Generasi Y adalah penduduk yang lahir pada tahun 1981-1996, generasi ini biasa disebut milenial, diciptakan oleh William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya, “Millennial Generation”.
Generasi Y, memiliki karakter digital natives, karena mereka tumbuh bersamaan dengan munculnya teknologi informasi dan komunikasi, membuat generasi ini piawai dalam mengakses komputer dan memiliki sosial media.
Hal tersebut membentuk karakter Generasi Y lebih kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan teknologi, dan tercatat 21,88% penduduk Indonesia saat ini merupakan kalangan milenial.
Apa itu Generasi Z?
Setelah generasi Y, munculah generasi Z yang didominasi oleh kelahiran tahun 1997-2012. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Gen Z menduduki peringkat pertama dengan persentase sebesar 27,94%.
Serupa dengan Gen Y, Gen Z juga tumbuh dengan teknologi, internet, dan sosial media sehingga dikenal sebagai generasi pecandu teknologi dan cenderung anti sosial. Gen Z juga seringkali disebut sebagai generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era digital.
Akrab dengan teknologi dan internet, membuat Gen Z kaya akan informasi. Namun, ketergantungan terhadap teknologi membentuk karakter yang keras kepala, suka sesuatu yang instan, dan selalu terburu-buru. Terbiasa berinteraksi dengan siapapun tanpa batasan membuat Gen Z lebih demokratis dan sangat kreatif dibanding dengan generasi sebelumnya.
Dengan mengenal karakter setiap generasi ini, para peserta pemilu, baik Pileg (Pemilihan Legislatif) dan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) diharapkan dapat menempatkan posisi ketika bersosialisasi atau berkampanye dengan tiap generasi yang berbeda, startegi kampanye baik memanfaatkan platform digital ataupun penggunaan APK konvesional dirasa sangat penting untuk dapat mencapai target sasaran pemilih jelang Pemilu 2024.
Reporter: Krisna Putra

Tinggalkan Balasan