Denpasar – Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada (UGM) dr. Riris Andono Ahmad, Ph.D menilai, kekhawatiran terhadap teknologi baru termasuk metode Wolbachia dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah hal yang wajar.

“Pada saat pandemi COVID-19 juga terjadi kekhawatiran dan penolakan terhadap vaksin COVID-19. Masalahnya adalah, apabila kita khawatir, langkah yang paling baik yakni mencari informasi yang benar dan tepat serta mencari informasi yang benar dan tepat itu harus dari sumber terpercaya bukan dari sosial media,” sebutnya kepada wacanabali.com, Senin (20/11/23).

Lebih lanjut, pihaknya membantah maraknya tudingan keberadaan konspirasi elit global dalam metode yang diinisiasi Wold Mosquito Program ini.

Baca Juga  Bekal Sendiri tanpa Dibantu Pemerintah, Siswa Jembrana Sabet Emas di Jepang

“Sama seperti ketika pemerintah akan mengadopsi vaksin untuk penanggulangan pandemi COVID-19. Teori konspirasi elit global juga santer terdengar. Jadi teori konspirasi elit global bukan hal yang baru dan akan selalu ada pihak-pihak tertentu yang mencoba menggagalkan program pemerintah dengan pendekatan teori konspirasi,” terang salah satu tim peneliti metode Wolbachia di Indonesia ini.

Terakhir, dirinya menyatakan metode ini efektif untuk menanggulangi DBD serta risiko keamanaan telah dinilai oleh 20 Ilmuwan Independen dari berbagai bidang ilmu di Indonesia.

“Penilaian risiko yang dilakukan hingga 6 bulan tersebut telah menyimpulkan bahwa dampak buruk dari teknologi ini dapat diabaikan. Teknologi ini juga telah mendapatkan rekomendasi dari panel ahli WHO (World Health Organization) yang bertugas untuk menilai berbagai teknologi pengendalian vektor yang baru,” tandasnya.

Baca Juga  "Big Daddy" Singgung Soal Pemulihan Pariwisata Bali

Reporter: Komang Ary