Made Somya: Politisi Jangan Banyak Janji, Masyarakat Muak!
Denpasar – Politisi muda asal Bangli I Made Somya Putra MH meminta agar para politisi untuk mengurangi berjanji secara berlebihan karena mengakibatkan masyarakat menjadi muak.
“Sebaiknya politisi sekarang jangan berjanji. Banyak masyarakat yang kenyang akan janji tapi tidak terbukti. Siapapun yang berjanji dalam pemilihan saat ini, saya yakin masyarakat akan sinis karena kekecewaannya selama ini,” ujarnya kepada wacanabali.com, Jumat (24/11/23).
Lebih lanjut Made Somya menyebut selain masih banyaknya politisi yang obral janji cara berpolitik di era sekarang masih didominasi dengan doktrin-doktrin yang dilakukan oleh elit politik kerap kali saling menjatuhkan.
“Perpolitikan saat ini masih didominasi oleh dokrin-dokrin elit yang bersifat negatif dan black campaign, menurut saya akan mengkristalkan perbedaan dan lebih menebar kebencian. Gagasan dan ide akan tertutupi dengan narasi-narasi mengagungkan pilihannya dan menjelekkan lawan,” sambungnya.
Ia menjelaskan bahwa masih banyak politisi yang melakukan mobilitas dengan berbagai cara yang tidak sehat.
“Politik uang dimainkan dengan memakai instrumen kekuasaan, seperti hibah, sumbangan-sumbangan, yang diberikan kepada kelompok-kelompok, bahkan ke tempat-tempat persembahyangan dengan mentransaksikan suara umat melalui uang yang diberikan baik berbentuk bangunan maupun berupa tunai,” jelasnya.
Ia berharap agar para politisi lebih melakukan upaya yang nyata seperti menyerap aspirasi masyarakat daripada menyelesaikan urusan di atas meja.
“Setiap politisi harus berkomunikasi dalam menemukan solusi atas permasalahan masyarakat, komunikasi itu adalah bentuk musyawarah untuk menjangkau kebutuhan masyarakat secara keseluruhan pada tingkat yang paling bawah,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa kekuatan dari politik yang sebenarnya adalah dengan mendengarkan suara-suara kalangan kelas bawah yang selama ini dimarjinalkan.
“Tidak semua masalah masyarakat selesai dengan diatas meja, menaiki mobil dan terlihat di khalayak umum dengan menghadiri undangan dari elit masyarakat akan tetapi, harus ada waktu lebih guna singgah dan bertatap langsung, mendengar langsung dan berinteraksi langsung di tempat masyarakat. Gaya demikian akan memikat masyarakat yang merasa terpinggirkan, atau termarjinalkan,” pungkasnya.
Reporter: Dewa Fathur
Tinggalkan Balasan