Denpasar – Kelompok masyarakat yang menamakan diri Masyarakat Peduli Bali mempertanyakan keseriusan Pejabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya prihal penolakan program nyamuk ber-Wolbachia.

Pasalnya program yang dikatakan ditolak oleh Pj Gubernur Bali kembali melakukan manuver, dimana Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristik) menggelar seminar di Universitas Udayana (Unud) pada Kamis 30 November 2023 mengenai metode nyamuk ber-Wolbachia.

Seminar dihadiri oleh pemrakarsa proyek nyamuk ber-Wolbachia di Bali yaitu yayasan Save the Children dan World Mosquito Program (WMP).

Hal ini mendapat respon dari elemen masyarakat peduli Bali, yaitu Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia), Gema Perdamaian, Bali Solidarity, dan Paiketan Krama Bali mendatangi kantor Gubernur Bali untuk mempertanyakan Keseriusan Pj Gubernur Bali dalam menolak program tersebut.

“Kehadiran kami (elemen masyarakat peduli Bali, red) ke kantor Gubernur Bali untuk mempertegas posisi kami prihal penolakan program nyamuk ber-Wolbachia yang ada di Bali, kami sudah bertemu beberapa tokoh penting yang ada di Bali,” ujar Ketua Umum Puskor Hindunesia Ida Bagus Ketut Susena di Kantor Gubernur Bali, Sabtu (2/12/23).

Ia menyebut pemerintah dalam hal ini PJ Gubernur Bali agar memiliki sikap yang sama dengan elemen masyarakat peduli Bali dalam menolak program nyamuk ber-Wolbachia.

Baca Juga  Cuaca Ekstrem, Jalur Denpasar-Gilimanuk Rawan Pohon Tumbang

“Kita berharap pemerintah memiliki sikap yang sama tidak ragu-ragu menolak program nyamuk ber-Wolbachia,” sambungnya.

Ia menyayangkan sikap Unud menggelar seminar mengenai nyamuk ber-Wolbachia yang dianggap menciderai hati masyarakat Bali.

“Sangat disayangkan universitas kebanggaan Bali ini melakukan seminar yang meng-endorse gerakan nyamuk ber-Wolbachia, kita sangat sayangkan dimana akademisi dan para ahli ini melakukan tindakan yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat Bali,” pungkasnya.

Sementara itu Ketua Umum Paiketan Krama Bali Dr I Wayan Jondra menyampaikan secara tegas menolak program nyamuk ber-Wolbachia.

“Paiketan Krama Bali menolak dengan tegas program nyamuk ber-Wolbachia karena belum jelas dampak positif dan negatifnya, dari program ini (nyamuk ber-Wolbachia, red),” katanya.

Ia menambahkan jika melakukan suatu program yang melibatkan manusia sebagai subjek harus mendapat persetujuan.

“Penelitian itu harus mendapat persetujuan dari subjek penelitian itu sendiri harus mendapat persetujuan, ini aneh kita melak programnya tetap jalan kami tidak mau dijadikan kelinci percobaan,” imbuhnya.

Menurutnya Bali tidak akan keberatan jika membeli hasil penelitian ini jika di daerah lain programnya berjalan dengan baik.

“Bali siap bayar jika hasilnya bagus, ini wilayah pariwisata jangan dipakai main-main mengenai program yang belum jelas, Bali jangan diganggu,” tegasnya.

Baca Juga  Daena Beauty Salon Hadirkan Paket Treatment untuk Couple

Ia menantang siapapun yang mendukung program nyamuk ber-Wolbachia untuk menjadikan rumahnya sebagai laboratorium percobaan.

“Saya sampaikan disini jika ada yang mendukung program ini, sudah sewajarnya rumahnya dijadikan laboratorium percobaan mereka harus hidup dengan nyamuk itu (Wolbachia,red) jangan orang yang sudah tidak setuju diganggu,” pungkasnya.

Ketua Komunitas Gema Perdamaian Guru Dharma menyampaikan program nyamuk ber-Wolbachia sudah menyinggung hati masyarakat Bali.

“Dari isu yang berkembang kemungkinan program ini ada proyek di dalamnya, tentu hal ini akan menyakiti hati masyarakat Bali,” singgungnya.

Menurut Guru Dharma ada upaya pemusnahan secara halus dengan diloloskannya program nyamuk ber-Wolbachia.

“Dengan nada halus program ini disebut untuk mendamaikan bumi dikurangi penduduknya dengan program ini jadi saya sarankan jangan di Bali dulu,” tegasnya.

Ia menyebut bahwa Bali sudah memiliki cara tersendiri untuk menangkal nyamuk dari zaman dahulu.

“Ini kan ada cara alami untuk menangkal nyamuk seperti menanam lavender, sereh, ini anggaran Wolbachia kan besar kasi saja setengahnya untuk budi daya tanaman herbal, selesai sudah masalahnya,” tandasnya.

Seperti yang ramai diberitakan sebelumnya, Untuk memberikan kajian akademik demi ketenangan masyarakat terkait pro-kontra program penyebaran 200 juta telur nyamuk ber-Wolbachia di Bali, Rektor Universitas Udayana (Unud) berinisiatif membentuk Kelompok Kerja Ahli Kajian Inovasi Nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia.

Baca Juga  Hotman Sebut Kasus Prof Antara Rekayasa Hukum

“Kelompok kerja itu mempunyai keahlian beragam dari mikrobiologi, virologi, entomologi, kesehatan masyarakat, dan biologi,” ungkap Rektor Universitas Udayana, yang diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP pada Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Tantangan dan Peluang, Universitas Udayana, Denpasar, Kamis (30/11/23).

Seminar dihadiri dosen dan mahasiswa Unud, Dinas Kesehatan se-Bali, universitas negeri dan swasta di Bali.

“Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menurutnya masih belum terkendali di Bali. Tingkat kejadian yang tercatat antara 200 sampai 500 setiap tahun. Data yang tak tercatat atau tidak dilaporkan dapat lebih banyak lagi. Persentase yang meninggal 5-30%, atau antara 10-150 setiap tahun,” urainya.

Inovasi telur nyamuk yang membawa Bakteri Wolbachia dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta pengeluaran biaya perawatan dan kehilangan tenaga kerja selama sakit. Inovasi baru ini telah terbukti efektif dan aman. Telur nyamuknya ngangge udeng (memakai destar, red), karena telurnya dari nyamuk yang ditangkap dan ditelurkan di Bali. Wolbachia juga bukan hasil rekayasa genetika.

“Unud harus berperan penting dalam kajian teknologi ini,” tandas Prof Rai.

Reporter: Dewa Fathur