Denpasar – Profesor I Ketut Suamba selaku pemerhati pertanian menyebut penurunan lahan panen padi dipengaruhi oleh alih fungsi lahan yang Ekstrem untuk kepentingan komersial dan pemukiman warga.

“Kebutuhan masyarakat untuk membuat pemukiman kemudian perkembangan pariwisata telah menjadi faktor utama penurunan luasan lahan panen di Bali,” ujar Suamba kepada wartawan, Selasa (02/04/24).

Suamba menyebut rendahnya pendapatan sebagai petani mengakibatkan petani meninggalkan sawahnya dan beralih ke profesi lain.

“Kendati ini tidak jadi faktor utama. Namun pada sejumlah tempat tertentu, ketika didaerah tersebut sudah terjadi alih fungsi lahan, maka yang lainya akan coba membandingkan (keenomianya) sehingga mereka cenderung ikut mengalihkan fungsi lahan mereka,” terang Suamba.

Baca Juga  Pj Gubernur Sebut Angka Kemiskinan di Bali Menurun

Terakhir Suamba menyebut upaya masyarakat Bali untuk menyelamatkan sawah dengan sistem subak dinilai kurang efektif.

“Namun itu tidak terlalu efektif karena sawah itu kan atas nama pribadi. Sehingga lembaga (subak) tidak terlalu kuat menahan alih fungsi lahan,” pungkas Suamba.

Sementara itu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat luas panen padi pada tahun 2023 mencapai sekitar 108.514 hektare. Capaian ini mengalami penurunan sebanyak 3.807 hektare atau 3,39 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 112.321 hektare.

Luas panen padi yang menurun ini seiring dengan produksi padi pada tahun 2023 sebesar 673.581 ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 7.021 ton dibandingkan produksi padi pada tahun 2022 sebesar 383.829 ton.

Baca Juga  Pj Gubernur Sebut Angka Kemiskinan di Bali Menurun