Sri Yogi Lestari: Politik Menjadi Kering Tanpa Perempuan
Denpasar – Politik adalah seni untuk menjadikan hal yang tidak mungkin di masa lalu, menjadi mungkin direalisasikan dengan strategi dan pendekatan-pendekatan yang dimiliki setiap perempuan.
Begitulah kata pembuka, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Bali, Ni Made Sri Yogi Lestari dalam sesi diskusi publik yang diselenggarakan Pemuda Katolik Komda Bali yang bertajuk ” Perjuangan Perempuan Dalam Dinamika Politik” dalam menyambut Hari Kartini.
Menurut Sri Yogi Lestari dinamika politik hari-hari ini terasa kering, kakuh dan terlalu normatif lantaran partisipasi perempuan hanya dianggap sebagai pemenuhan kuota 30 persen di parlemen.
“Jadi saya melihat politik hari ini, itu sangat kering. Apa yang saya maksud dengan kering, terlalu normatif. Jangan ada yang berani mengungkapkan hal atau memberikan perspektif yang sedikit nyeloteh atau berbeda,” kata Sri Yogi Lestari kepada audience pada Minggu (21/4/2024).
Perempuan pertama yang menahkodai partai PAN Bali ini mengatakan politik mesti diisi dengan seni agar dunia politik menjadi lentur. Karena itu, Bagi Sri Yogi Lestari perempuan mampu menciptakan hal itu lantaran perempuan sangat identik dengan seni.
“Perempuan itu adalah privilege karena perempuan itu dibekali kemampuan untuk berpikir secara feminim dan maskulin di waktu yang bersamaan. Maskulinitasnya dimana kita bisa berpikir taktis, analitik, logis, cepat, berani dan hal yang menuntut keberanian di ruang publik. Feminisnya dimana, feminisnya adalah kelembutan dalam menyampaikan sesuatu, spektrum dalam semua hal terutama seni itu yang related dengan seni itu perempuan,” jelasnya
Reporter: Yulius N
Tinggalkan Balasan