Denpasar – Kemacetan di Kota Denpasar dan kabupaten Badung menjadi permasalahan serius beberapa waktu belakangan ini. Dua wilayah yang dikenal memiliki daya tarik wisata di pulau Dewata selama ini, seperti kehilangan daya magnetis.

Kabupaten Badung misalkan, disebut-sebut sebagai destinasi favorit wisatawan asing maupun lokal, per hari ini seperti takut dikunjungi lantaran butuh waktu berjam-jam untuk tiba disana.

Sementara Kota Denpasar, sebagai pusat pemerintahan provinsi Bali dan pusat kota yang memiliki luas wilayah sekitar 127,78 km² itu sudah tak mampu membendung membeludaknya arus kemacetan yang terjadi hampir 1 kali 24 jam.

Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini?

Gubernur Bali periode 2018-2023 I Wayan Koster dalam memberikan kuliah umum di Universitas Dyana Pura menyinggung permasalahan itu.

Baca Juga  Gubernur Koster Soal WNA Nakal: Tak Ada Ampun, Harus Tindak Tegas!

Menurutnya, hal konkret yang mesti dilakukan adalah pemerataan pembangunan antara Bali Selatan dan Utara.

“Kedepan kita akan mulai dengan pemerataan pembangunan di Bali Utara. Sehingga pariwisata dan perekonomian tidak bertumpuk di Bali selatan,” kata Wayan Koster kepada Dosen dan Mahasiswa Undhira pada Rabu (24/4/24).

Upaya pemerataan pembangunan di Bali Utara tersebut, dengan sendirinya akan membuka lapangan pekerjaan.

Dengan demikian, sistem transportasi akan semakin terkendali lantaran pariwisata maupun sistem perekonomian tidak lagi bertumpuk di Kota Denpasar maupun kabupaten Badung.

“Kalau di Bali Utara sudah dibangun dengan baik, sistem perekonomian berjalan lancar, masyarakat disana tidak lagi jauh-jauh ke Denpasar cari kerja. Mereka bisa kerja di tempat asalnya. Ini juga memberikan kelonggaran agar tidak sering macet.

Baca Juga  Gubernur Bali dan Maluku Utara Teken PKS Tiga Sektor Strategis

“Namun, yang paling penting perlu pemerataan pembangunan agar ada keseimbangan diantara Bali Selatan dan Utara,” pungkas Wayan Koster.

Reporter: Yulius N