Denpasar – Pengamat atau pemerhati pariwisata Bali, Dr. I Gede Sutarya menilai pembangunan kereta bawah tanah yang dicanangkan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Bali memiliki dampak serius terhadap ekologi dan budaya Bali.

Dosen Magister Pariwisata Budaya dan Keagamaan UHN IGB Sugriwa Denpasar itu mengatakan pembangunan kereta bawah tanah bukan solusi yang tepat untuk atasi kemacetan di Bali.

“Solusi kemacetan itu bukan bangun jalan tetapi batasi turis ke Bali. Jual pariwisata berkualitas. Selektif dengan wisatawan,” katanya kepada wacanabali.com, pada Rabu (12/6/24).

Menurutnya, pemerintah maupun seluruh pemangku kepentingan di bidang pariwisata mesti juga berpikir tentang kapasitas Bali sehingga lingkungan dan budaya tetap terjaga.

Baca Juga  Hari Raya Idul Fitri, 51 Orang Narapidana Mendapatkan Remisi Khusus

“Kalau kita buka diri 10 juta wisman dan 20 juta wisatawan domestik, bangun jalan lagi tak akan cukup,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Akademisi UHN Denpasar itu, memang pertumbuhan ekonomi Bali ditopang oleh pariwisata. Semakin meningkat wisatawan berkunjungan ke Bali semakin meningkat pula ekonomi Bali.

Namun menurutnya, kalkulasi demikian terbantahkan oleh perilaku wisatawan mancanegara akhir-akhir ini. Karena itu, baginya perlu selektif terhadap wisatawan yang masuk ke Bali.

“Turis sedikit tetapi belanjanya banyak. Pengeluarannya banyak. Bukan turis banyak tetapi mereka tak bayar nasi dan hotel di Bali,” imbuhnya.

Untuk diketahui, sebelumnya pada (29/5/24) Pj. Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dalam acara penyampaian minat investasi pembangunan dan pengembangan transportasi massal berbasis kereta. Dirinya mengatakan, bahwa perlu kreativitas pembangunan dan pengembangan transportasi massal berbasis kereta dengan menggunakan model investasi bisnis. Mengingat sektor pariwisata menjadi backbone perekonomian Bali.

Baca Juga  IAF di Bali, Gilimanuk Dijaga Ketat

Pembangunan itu dinilai perlu lantaran kunjungan wisatawan diprediksi akan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

“Kondisi lalu lintas dari destinasi wisata yang ada di Bali hampir sepanjang waktu macet parah seperti wilayah sekitar Kuta, Seminyak, Canggu, Sanur dan Ubud Bali sebagai destinasi wisata dunia, maka perlu sistem transportasi modern yang aman nyaman ramah lingkungan dan ketepatan waktu tertempuh,” kata Pj Gubernur Bali.

Sebagai gambaran pada tahun 2023 wisatawan yang datang ke Bali lebih dari 15 juta wisatawan, 2024 ditargetkan mencapai 20 juta wisatawan dan setiap tahun terus bertambah, maka Bali perlu ditata untuk menjaga kelestarian alam dan keunikan budaya Bali, wisatawan supaya merasa aman dan nyaman selama berwisata di Bali.

Baca Juga  Polisi Masuk Sekolah, Cegah Perundungan dan Balapan Liar

Reporter: Yulius N

Editor: Ngurah Dibia