Amerika Peringkat Satu Ekspor-Impor Bali, BPS Beberkan Dampak jika Tarif Trump Diberlakukan
Denpasar – Nilai ekspor barang Provinsi Bali pada Februari 2025 tercatat mencapai 52,22 juta USD. Dibandingkan bulan Januari 2025, nilai ekspor ini mengalami kenaikan sebesar 6,66 persen. Secara tahunan, ekspor Februari 2025 juga naik 5,56 persen dibandingkan Februari 2024.
Hal itu diungkapkan Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan saat menyampaikan siaran pers di kantornya, Rabu (9/4/25).
Lima besar negara tujuan ekspor Bali masih didominasi oleh Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai 15,48 juta USD. Diikuti oleh Tiongkok sebesar 8,17 juta USD, Australia 4,50 juta USD, Prancis 2,19 juta USD, dan Jepang 1,63 juta USD.
Namun demikian, ekspor Bali ke Amerika Serikat pada Februari 2025 justru tercatat turun 8,10 persen dibandingkan Januari 2025. Sementara itu, impor barang Provinsi Bali pada Februari 2025 tercatat sebesar 9,95 juta USD. Angka ini mengalami penurunan sebesar 49,6 persen secara tahunan dan 4,78 persen secara bulanan.
Terkait penurunan ekspor Bali ke Amerika Serikat, Kepala BPS Bali menjelaskan bahwa tren penurunan di bulan Februari sebenarnya merupakan pola musiman yang kerap terjadi setiap tahun. Diketahui sebelumnya, kebijakan tarif impor Trump ke Indonesia sebesar 32 persen.
“Kalau kita lihat tren-tren di tahun sebelumnya, Februari memang cenderung turun dibandingkan Januari. Jadi penurunan ini belum terkait dengan kebijakan tarif Presiden Trump,” ujarnya.
Meski demikian, ia tidak menampik jika kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat ke depan bisa mempengaruhi kinerja ekspor Bali, khususnya dari sisi harga dan daya saing produk. Diketahui sebelumnya,
Secara normatif kan ketika kebijakan tarif itu diperlakukan kan akan meningkatkan harga. Tidak hanya ke Bali sebenarnya, pengaruhnya ke semua komoditas.
“Karena itu akan diperlakukan di banyak negara, bahkan di hampir semua negara. Jadi tidak hanya ke Bali. Harga komoditas kan pasti akan naik mau nggak mau karena tarifnya meningkat,” imbuhnya.
“Kalau harga komoditas naik ya masalahnya di persaingan harga produk dan segala macam. Daya saing produk dan seterusnya,” jelasnya.
Komoditas ekspor Bali ke Amerika yang paling besar saat ini masih didominasi oleh produk perikanan.
Ia mengatakan, sebagai bentuk antisipasi, pemerintah perlu mendorong perluasan pasar ekspor ke negara-negara lain agar tidak terlalu bergantung pada satu pasar utama.
“Ya kalau bicara normatifnya, kalau salah satu antisipasi yang perlu dilakukan ya menjajaki pasar yang lain gitu kan. Jadi kalau misalnya terkendala di satu pasar kita harus punya beberapa alternatif,” kata dia.
Reporter: Komang Ari

Tinggalkan Balasan