Denpasar – Gubernur Bali Wayan Koster kembali menggugah kesadaran para pelaku usaha yang selama ini menikmati manisnya pariwisata Bali, namun abai terhadap tanggung jawab menjaga alamnya.

Dalam pengarahan tegas di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar (30/5), Gubernur asal Sembiran itu tak sekadar memberi imbauan, melainkan mengultimatum agar seluruh pelaku usaha segera patuh terhadap SE Gubernur Bali No 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah.

“Mau bisnis di Bali? Maka bersihkan sampahmu dari sekarang!” tegasnya di hadapan pelaku usaha hotel, restoran, pasar modern, dan destinasi wisata.

Koster tidak sedang mencari popularitas, ia sedang menyelamatkan Bali. Dalam dua tahun ke depan, ia menargetkan Bali bersih total dari sampah, dimulai dari sumbernya yaitu tempat usaha dan lingkungan bisnis para pengusaha itu sendiri. Tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi waktu bermain-main.

Baca Juga  Koster Gaet Pihak Ketiga, PKB Klungkung Dibangun 2025!

“Bali ini hidup dari pariwisata, dan pariwisata hidup dari alam dan budaya. Kalau alamnya kotor, siapa yang mau datang ke sini?” tegas Koster yang kembali memperjuangkan warisan leluhur lewat program Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Lewat SE tersebut, pengusaha kini wajib memilah dan mengolah sampah dari sumbernya, memanfaatkan sampah organik, serta menghapuskan plastik sekali pakai, termasuk botol plastik di bawah satu liter.

Dan ini bukan basa-basi. Koster sendiri memimpin langsung tim pemantau lintas sektor untuk memastikan semua sektor bergerak. Tidak patuh? Bersiaplah disorot.

Yang lebih mengejutkan, gerakan ini sudah mendapatkan pujian dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menjadikan Bali sebagai pionir nasional. Tapi bagi Koster, ini bukan soal pujian. Ini soal ngayah, soal tanggung jawab spiritual dan moral menjaga Gumi Bali.

Baca Juga  Gagasan Haluan Pembangunan Bali Curi Perhatian Gen Z

“Saya minta anda semua ngayah. Gunakan dana perusahaanmu untuk membersihkan lingkunganmu. Tidak bisa lagi menunggu. Gerakan ini harus mulai hari ini, skala-niskala!” katanya, lugas.

Tak hanya soal sampah, Koster juga bersiap mengejar pelaku usaha untuk beralih ke energi bersih, dan konsisten menjalankan pariwisata berbasis budaya Bali. Ia menekankan penggunaan aksara Bali, pakaian adat, seni tradisional yang berkualitas, dan keramahan autentik Bali, bukan gimmick.

Koster bukan sedang berkampanye. Ia sedang menjaga nyawa Bali. Siapa yang tinggal dan mencari untung di Bali, wajib ikut ngayah menjaga kesuciannya. Bukan sekadar memajang senyum, tapi membersihkan sisa bisnisnya.

“Bali ini bukan etalase, tapi warisan. Kalau ingin terus hidup di Bali, maka jangan hanya mengambil, mulailah memberi,” pungkas Koster.

Baca Juga  Koster Lanjutkan Proyek PKB Klungkung Tanpa APBD