Toba-Bali Bersatu dalam Seni, Pameran Sebulan di Santrian Art Gallery
Denpasar – Pameran seni bertajuk Toba-Bali Art Project 2025 Pertiwi Negeriku berlangsung di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar, 11 Juli sampai 30 Agustus 2025. Total sebanyak 30 karya yang dipamerkan mulai dari lukisan hingga ukiran khas Toba.
Pameran kolaborasi perupa Toba dan Bali diharapkan membangkitkan optimisme seni antar kedua daerah ini.
Owner Griya Santrian, Ida Bagus Gede Sidhartha Putra berharap kegiatan ini bisa menjadi event tahunan. Tak hanya itu, ia juga berharap pameran bisa menjadi momentum yang menghubungkan Sumatera Utara dan Bali.
“Kami berharap bola salju dari kegiatan ini bisa bergulir lebih deras dari dua komunitas. Mungkin Bali bisa menjadi hub seni maupun hub pariwisata dan kita juga berharap Danau Toba biaa menjadi hub di Indonesia bagian barat,” ungkap Gede Sidhartha Putra.
Ia optimistis, dengan adanya kolaborasi seniman Bali dan Batak melalui pameran di Griya Santrian Sanur ini akan membuat pariwisata di Toba akan berkembang pesat seperti di Bali.
“Pariwisata Bali mulai berkembang diawali dari Sanur. Sekitar tahun 1930 terdapat pelukis dari Eropa yang menetap di Bali. Tapi memang sebelumnya di tahun 1902, Bali juga sudah mulai dikenal. Pariwisata Bali berawal dari Sanur melalui seni rupa,” ungkapnya lagi.
Sementara, kurator pameran Wayan Seriyoga Parta menyebut, karya-karya yang ditampilkan merupakan hasil seleksi ketat dari berbagai karya yang masuk. “Ada banyak karya, namun kami simpan sebagian, dan sebagian kecil kami pamerkan di sini,” tuturnya.
Seriyoga Parta menambahkan, karya-karya ini merupakan representasi dari budaya Bali dan Toba.
“Karya yang dipamerkan tidak hanya seni lukis saja, namun juga ada ukiran, fotografi, dan juga keindahan Danau Toba,” sebutnya
Di sisi lain, fotografer keturunan Batak Charis Martin Purba berharap pengalaman berpameran di Bali dapat menumbuhkan rasa percaya diri di kalangan seniman Toba, yang selama ini masih menghadapi berbagai tantangan.
“Di Toba sendiri dukungan pemerintah terhadap seni belum maksimal, kendatipun galeri sudah ada. Sepulang dari Bali, kami juga berencana akan menggelar pameran,” tandasnya.
Pernyataan Charis ini diamini oleh Ni Ketut Ayu Sri Wardani. Ia mengakui bahwa di Toba saat ini kesenian dipandang sebelah mata. Selain itu, di Toba juga susah mencari bahan-bahan untuk melukis, misalnya kanvas.
“Karena (kesenian) dianggap tidak punya masa depan. Padahal bakat mereka sangat tinggi. Banyak seniman Batak di Indonesia, namun mereka tidak tinggal di Toba,” kata Ni Ketut Ayu Sri Wardani.
Reporter: Yulius N

Tinggalkan Balasan