Ribuan Pecalang Deklarasi Tolak Anarki, Koster Tegaskan Bali Harus Tetap Kondusif
Denpasar – Ribuan pecalang se-Bali menggelar apel besar di Lapangan Puputan Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, Senin (1/9/2025). Dalam apel yang penuh semangat itu, para penjaga adat Bali menyatakan sikap tegas menolak segala bentuk tindakan anarki yang berpotensi merusak ketertiban dan nama baik Pulau Dewata.
“Jangan ada pihak yang melakukan tindakan anarki, menjadikan Bali tidak aman,” tegas Petajuh Manggala Badung Pasikian Pecalang Bali, I Nyoman Beker, saat membacakan pernyataan sikap pecalang.
Dalam sikap bersama, pecalang menilai aksi ricuh dalam demonstrasi Sabtu (30/8/2025) bukan ulah warga lokal, melainkan dilakukan oleh oknum pendatang. Karena itu, pecalang menyerukan agar seluruh elemen masyarakat terlibat menjaga keamanan.
“Kami pecalang Bali tidak rela tanah kami diganggu dan dirusak dengan aksi demonstrasi yang tidak bertanggung jawab dan anarki,” kata Beker.
Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, menambahkan pecalang akan bersiaga penuh di masing-masing desa adat, tempat umum, hingga kawasan vital. Namun, ia menekankan pendekatan humanis tetap diutamakan.
“Tidak ada satupun pecalang yang dipersenjatai. Keris hanya aksesori,” ujar Sukahet.
Ia menegaskan, keamanan Bali adalah syarat mutlak agar pariwisata tetap berjalan. “Bali hidup dari pariwisata, maka situasi aman dan damai wajib dijaga bersama,” imbuhnya.
Sikap tegas pecalang ini sejalan dengan arahan Gubernur Bali, Wayan Koster, yang sejak awal menekankan pentingnya menjaga kondusivitas pasca-aksi demonstrasi. Koster berkali-kali mengingatkan bahwa keamanan Bali adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya aparat keamanan.
“Bali tidak boleh dikotori dengan tindakan anarki. Pecalang, desa adat, aparat, dan seluruh masyarakat harus bergotong royong menjaga kedamaian. Ini demi kehormatan Bali dan keberlangsungan pariwisata kita,” ujar Gubernur Koster dalam kesempatan terpisah.
Dengan keterlibatan pecalang dan dukungan penuh pemerintah daerah, Bali menegaskan dirinya bukan hanya destinasi wisata dunia, tetapi juga tanah adat yang dijaga dengan gotong royong, kearifan lokal, dan ketegasan moral.

Tinggalkan Balasan