Denpasar – Hujan deras yang melanda Bali pada 9–10 September menyebabkan banjir di sejumlah wilayah, merendam rumah warga, hingga meruntuhkan bangunan. Kondisi ini kembali menyoroti kerentanan Bali terhadap bencana hidrometeorologi sekaligus pentingnya membangun ketangguhan sejak tingkat desa.

Sebagai upaya penguatan, IDEP Selaras Alam melalui Program Bali Mandala mengadakan pelatihan konvergensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Adaptasi Perubahan Iklim (API), dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan pendekatan inklusif. Kegiatan berlangsung 10 hari di empat desa di Gianyar dan Karangasem, melibatkan lebih dari 120 peserta dari Forum PRB Desa, perangkat desa, kelompok perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, hingga tokoh adat.

Program Bali Mandala merupakan bagian dari kerja sama Indonesia-Australia melalui SIAP SIAGA. BNPB mencatat lebih dari 80 peristiwa cuaca ekstrem terjadi di Bali sepanjang 2024. Dengan tren iklim yang kian ekstrem, desa-desa dampingan diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik desa tangguh bencana yang inklusif.

Manajer Program IDEP Putu Suryawan, menyebut forum ini diharapkan mampu memberi masukan strategis pada perencanaan desa, termasuk Musrenbangdes akhir September mendatang.

“Adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana menjadi penting mengingat kondisi iklim ekstrem sudah kita rasakan langsung. Proses adaptasi ini harus dilakukan sedini mungkin melalui pemberdayaan masyarakat,” ujar Putu Suryawan, Jumat (12/9/25).

Pelatihan juga memberi ruang partisipasi bagi kelompok marginal. Sejumlah penyandang disabilitas mengaku lebih percaya diri setelah terlibat, karena dapat berkontribusi aktif sekaligus memperoleh pengetahuan baru tentang penanggulangan bencana.

“Walaupun saya punya keterbatasan, saya sangat senang bisa ikut kegiatan ini. Dari sini saya bisa belajar tentang penanggulangan bencana dan adaptasi iklim. Harapannya pengetahuan ini bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.” ucap salah satu peserta dengan disabilitas, Riwayu Sasih.

Hal serupa juga disampaikan I Ketut Astawa “Saya senang karena ternyata bisa ikut aktif tanpa menghambat kegiatan. Dari sini saya jadi tahu dasar-dasar penanggulangan bencana, yang sebelumnya hanya saya lihat di televisi,” kata dia.

Dari sisi teknis, Analis PRB BPBD Provinsi Bali, Della Ema Nurdiana, menekankan perlunya integrasi PRB dan API. Menurutnya, langkah sederhana seperti penanaman pohon dapat memberi manfaat ganda, yakni mengurangi risiko longsor sekaligus menekan emisi gas rumah kaca.

“PRB dan API memang berbeda, tapi bisa saling melengkapi. Misalnya menanam pohon, itu bisa sekaligus menjadi mitigasi longsor dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Jadi sekali program, dampaknya ganda bagi pembangunan berkelanjutan.”