Denpasar – Ahli bidang seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Oka Negara, mendorong Pemerintah Provinsi Bali untuk menyediakan kurikulum edukasi tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Langkah ini dinilai penting guna menekan angka penularan, terutama di kalangan anak dan remaja sejak usia dini.

Hal ini disampaikan Oka Negara saat Pelatihan Jurnalistik Media Tanpa Stigma untuk Ending AIDS 2030 yang diselenggarakan Kelompok Jurnalis Peduli AIDS (KJPA) bersama Healthcare Foundation (AHF) Indonesia, di Denpasar, Sabtu (11/10/2025).

“Kita butuh edukasi seksual kalau bisa lewat kurikulum, karena masalahnya aktivitas seksual itu tersembunyi, kita tidak pernah tahu, berbeda dengan merokok atau pakai narkoba, jadi pada akhirnya penting membuat perilakunya sehat lewat pengetahuan,” ujarnya.

Baca Juga  Viral WNA Ngaku Sebarkan HIV, Begini Tanggapan KPA Bali

Ketua Forum Peduli AIDS (FPA) Bali ini menyatakan dalam kurikulum yang dimaksud, berisi edukasi berisi tidak hanya larangan melakukan aktivitas seksual, melainkan juga langkah pencegahan penularan penyakit seksual misalnya menggunakan kondom.

“Kalau bisa dikomitmenkan lewat pengetahuan sehingga diberikan terstruktur dalam kurikulum, jadi nanti tergantung bentuk sekolah, kalau IPA bisa masuk pada pelajaran biologi karena ada materi reproduksi, IPS bisa sosiologi, jadi pasti ada tempat-tempatnya tinggal sesuaikan,” jelasnya.

Oka Negara menegaskan, HIV/AIDS di Bali sudah tersebar di hampir semua kalangan, apalagi pelajar tingkat SMP dan SMA.

Karena itu mengenai kurikulum edukasi, menurut Oka Negar bahkan harus dimulai dari tingkat Sekolah Dasar. Menurutnya, edukasi kepada siswa maupun siswi SD lebih sederhana seperti mengingatkan soal pacaran yang sehat.

Baca Juga  Viral WNA Ngaku Sebarkan HIV, Begini Tanggapan KPA Bali

“Kalau bisa dikomitmenkan lewat pengetahuan sehingga diberikan terstruktur dalam kurikulum, jadi nanti tergantung bentuk sekolah, kalau IPA bisa masuk pada pelajaran biologi karena ada materi reproduksi, IPS bisa sosiologi, jadi pasti ada tempat-tempatnya tinggal sesuaikan,” imbuhnya.

Menurutnya, persoalan ini mesti diselesaikan bukan jadi bahan diskriminasi. Pasalnya, yang terjadi saat ini adalah menaruh stigma buruk terhadap mereka yang terpapar HIV/AIDS.

Oka Negara menerangkan, HIV/AIDS yang terjadi di Bali bukan hanya hubungan perempuan dan laki-laki (heteroseksual), justru laki-laki sesama laki-laki (LSL).

Kata dia, jika tidak ada edukasi yang masif mulai tingkatan SD, HIV/AIDS akan tersebar makin luas ke semua kalangan.

Dari data yang kumpulkan, sepanjang 2024 setidaknya sebanyak 2.006 orang dinyatakan positif HIV/AIDS di Bali, sementara sejak Januari-Juli 2025 sebanyak 1.193 kasus.

Baca Juga  Viral WNA Ngaku Sebarkan HIV, Begini Tanggapan KPA Bali

Untuk itu, ia mendorong pemerintah Provinsi Bali untuk menyediakan kurikulum edukasi pencegahan HIV/AIDS. Ketua FPA Bali ini menegaskan, pihaknya akan ikut membantu jika pemerintah membuat kurikulum tersebut.

 

Reporter: Yulius N