Klungkung – Di tengah ancaman krisis iklim, SD Negeri Besan di Kabupaten Klungkung menghadirkan inovasi taman hujan sekolah, yakni area yang dirancang sebagai resapan air hujan.

Inisiatif yang mulai dikembangkan sejak 2024 ini tidak hanya menjadi solusi ekologis, tetapi juga sarana edukasi konservasi air bagi para siswa.

Osila, guru sekaligus penggagas taman hujan di SDN Besan, mengatakan ide tersebut muncul dari kegelisahan melihat kondisi alam di desanya yang kian mengering.

“Kebetulan saya warga asli Desa Besan, jadi saat ini kondisi sungai kami tidak seperti saat saya kecil dulu. Kini kelebutan (mata air) sudah banyak yang kering,” ucapnya kepada awak media, Kamis (30/10/25).

Dari Genangan Air Jadi Inovasi

Gagasan Taman Hujan lahir ketika Osila melihat banyak genangan air di musim hujan yang tidak termanfaatkan.

Melalui pendampingan program Bali Water Protection dari IDEP Selaras Alam, sekolah yang berjarak sekitar 19 menit dari Kota Semarapura ini akhirnya mendapatkan dukungan untuk membangun taman hujan.

“Kami memodifikasi sistem konservasi air menjadi satu. Air hujan dari talang dialirkan ke kolam penampungan, lalu mengalir ke taman hujan. Air kolam itu bisa kami gunakan kembali untuk menyiram tanaman atau membersihkan kelas,” jelasnya.

Jadi Sarana Edukasi dan Pelestarian Air

Guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) ini menjelaskan, fungsi utama taman hujan bukan hanya sebagai fasilitas lingkungan, tetapi juga sebagai media pembelajaran bagi siswa tentang pentingnya menjaga air.

Selain menjadi sarana edukasi, inovasi ini turut membantu sekolah menghemat pengeluaran air setiap bulannya.

Meski belum ada perhitungan pasti, sambung Osila, efisiensi tersebut mulai terasa.

“Ya,walaupun tidak signifikan, mungkin dulu (bayar) Rp75.000 per bulan, sekarang jadi Rp25.000-Rp27.000 bayar airnya,” imbuhnya.

Osila berharap, upaya semacam ini menjadi perhatian serius pemerintah, terutama di daerah perkotaan yang memiliki area resapan terbatas.

“Pemerintah perlu merancang ulang pengelolaan air, karena kondisi Bali saat ini sudah tidak baik-baik saja soal ketersediaan air,” ujarnya.

Sementara itu, Tim Media dan Komunikasi IDEP Selaras Alam Lutfia Nurul, menyampaikan bahwa inisiasi taman hujan milik SDN Besan terpilih sebagai salah satu dari tiga inovasi terbaik dalam kompetisi Tirtanovasi.

“Tirtanovasi merupakan bagian dari program Bali Water Protection yang bertujuan mendorong sekolah-sekolah di Bali melahirkan gagasan kreatif untuk konservasi air,” ujar Lutfia.

Melalui ajang ini, IDEP tidak hanya menilai ide terbaik, tetapi juga memberikan pendampingan bagi sekolah dalam mewujudkan inovasinya.

“Kami berpegang pada prinsip permakultur bahwa setiap ide sederhana bisa menjadi solusi berkelanjutan bagi krisis air jika dikelola dengan kreatif dan kolaboratif,” tambahnya.