Denpasar – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat inflasi sebesar 0,16 persen secara month-to-month (mtm) pada Oktober 2025, dengan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 2,61 persen.

Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan menjelaskan, inflasi bulan Oktober masih didominasi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami kenaikan harga sebesar 0,31 persen dan menyumbang 0,10 persen terhadap total inflasi.

“Jadi dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni 2 tahun sebelumnya, inflasi kita lebih tinggi secara year-on-year-nya, karena di tahun sebelumnya 2,51 persen. Sementara kalau dibandingkan 2 tahun sebelumnya, angka ini sedikit lebih rendah,” ujarnya kepada awak media, Senin (3/11/25).

Selain kelompok makanan, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga mencatat inflasi 0,53 persen (sumbangan 0,02 persen), transportasi 0,18 persen (sumbangan 0,02 persen), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,23 persen (sumbangan 0,02 persen).

Baca Juga  PDRB Per Kapita Bali Setara Filipina, Lampaui India, Mesir hingga Negeria

Sementara itu, beberapa kelompok seperti kesehatan (0,14 persen) dan penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,03 persen) turut mencatat inflasi, namun dengan sumbangan relatif kecil.

Agus Hendra menambahkan, empat komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada Oktober antara lain cabai merah (0,07 persen), sawi hijau (0,05 persen), daging ayam ras (0,05 persen), dan emas perhiasan (0,05 persen). Sebaliknya, sejumlah komoditas mengalami penurunan harga dan menahan laju inflasi, seperti beras (-0,05 persen), tomat (-0,04 persen), canang sari (-0,03 persen), dan bahan bakar rumah tangga (-0,01 persen).

Secara tahunan, inflasi Bali mencapai 2,61 persen. Dari 11 kelompok pengeluaran, 10 kelompok mencatat inflasi dan hanya satu kelompok mengalami deflasi, yakni informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,35 persen) dengan sumbangan minus 0,02 persen terhadap inflasi.

Baca Juga  Jumlah Wisman ke Bali Capai 602 Ribu di Mei 2025, India Catat Kenaikan Tertinggi

Kendati demikian, Agus menyebut angka inflasi saat ini masih relatif terjaga. Dirinya berharap laju inflasi terus terkendali hingga akhir tahun mendatang.

“Ini bisa dibilang relatif terjaga, jadi nggak tinggi-tinggi banget. Jadi belum mencapai target puncak yakni 2,5 persen plus minus 1 persen,” ucapnya.