Rumah Singgah Perempuan dan Anak di Denpasar Ditargetkan Beroperasi 2026
Denpasar – Rumah singgah untuk perempuan dan anak di Kota Denpasar akan beroperasi pada 2026 mendatang.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Denpasar I Gusti Agung Sri Wetrawati, mengatakan fasilitas anyar ini akan berfokus pada penanganan stunting dan kesehatan mental.
“Kami rencananya akan launching saat HUT Kota Denpasar pada bulan Februari,” kata dia saat diwawancarai selesai upacara melaspas rumah singgah tersebut di Kawasan Gatot Subroto, Denpasar, Senin (22/12/25).
Sri Wetrawati menjelaskan, pendirian rumah singgah ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka stunting di Kota Denpasar. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) terakhir, prevalensi stunting di Denpasar tercatat sebesar 10,4 persen.
Ia menuturkan, rumah singgah akan menjadi ruang rujukan bagi anak dan keluarga yang membutuhkan pendampingan lanjutan, terutama ketika layanan kesehatan dasar di puskesmas memiliki keterbatasan waktu konsultasi.
“Misalnya anak ditemukan kekurangan gizi oleh posyandu dan sudah ditangani puskesmas, tapi masih membutuhkan pendampingan lebih lanjut, maka bisa dirujuk ke sini,” jelasnya.
Dalam operasionalnya, DP3AP2KB akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Tim Penggerak PKK, Politeknik Kesehatan (Poltekkes), puskesmas, serta tenaga profesional seperti psikolog dan ahli gizi. Pemerintah Kota Denpasar juga akan menjalin kerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Bali untuk layanan kesehatan mental.
“Semua layanan di sini gratis. Jika membutuhkan pendampingan lanjutan, kami bisa merujuk ke HIMPSI dan biayanya ditanggung pemerintah,” ujar Sri Wetrawati.
Selain layanan konsultasi gizi dan psikologis, rumah singgah juga akan dilengkapi ruang bermain, ruang edukasi, serta ruang konsultasi keluarga. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, gangguan sosial, atau pola makan bermasalah dapat dirujuk melalui sekolah, puskesmas, maupun masyarakat.
“Di sekolah sudah ada satgas perlindungan anak. Jika ditemukan anak yang kesulitan belajar atau tidak mau makan, bisa dirujuk ke rumah singgah ini,” katanya.
Selain layanan konsultasi gizi dan psikologis, rumah singgah juga akan dilengkapi ruang bermain, ruang edukasi, serta ruang konsultasi keluarga. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, gangguan sosial, atau pola makan bermasalah dapat dirujuk melalui sekolah, puskesmas, maupun masyarakat.
Sri Wetrawati berharap kehadiran rumah singgah ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pola asuh anak, sekaligus menyediakan layanan yang ramah bagi perempuan dan anak di Kota Denpasar.
“Kami berharap, Denpasar punya tempat pelayanan yang ramah untuk perempuan dan anak,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan