Denpasar – Pencegahan perilaku bunuh diri di Bali menjadi salah satu “PR” yang perlu secara konsisten ditangani. Teranyar, merujuk pada data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), Bali tempati urutan ketiga untuk kasus bunuh diri tertinggi di Indonesia.

Menyoroti hal itu, Dokter Ahli Jiwa HMD Sugiharta Yasa, SpKJ menjelaskan, seseorang biasanya terdorong untuk melakukan tindakan bunuh diri karena adanya stressor. Sehingga, dalam upaya preventifnya, peran dan dukungan lingkungan sekitar sangat diperlukan.

Lebih lanjut, pihaknya mengimbau masyarakat tidak menghakimi orang-orang yang sedang menceritakan keluh kesahnya khususnya terkait dengan keinginan mengakhiri hidup.

“Yang terpenting adalah kita bisa menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi. Kalau masih ada yang mengganjal kemudian bisa melakukan konsultasi kepada tenaga profesional untuk memperoleh penanganan,” sambungnya saat diwawancarai Wacanabali.com, Selasa (27/3/24).

Baca Juga  Kenali Tanda-Tanda Perilaku Bunuh Diri: Jangan Ragu Akses Layanan Kesehatan Mental

Selain langkah-langkah tersebut, Sugiharta menyarankan masyarakat mula menerapkan pola hidup sehat. Hal ini akan sangat berpengaruh bagi kesehatan individu secara holistik, sebab pola hidup yang tidak sehat memungkinkan seseorang terkena stress lebih tinggi. Sehingga, hal ini dikhawatirkan menjadi pemicu keinginan untuk melakukan bunuh diri pada seseorang.

Reporter: Komang Ari