Denpasar – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bali mendatang diharapkan mampu tiru sistem demokrasi tradisional ala Bali.

Hal itu diungkapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan untuk menggambarkan kondisi perhelatan demokrasi yang berjalan tenang dan saling menghargai.

“Saya ingin sekali melihat demokrasi ala Bali, kalau dulu melihat calon bendesa, mereka ngobrol dengan rapinya di Bale Banjar. Kemudian masing-masing calon memaparkan visi misinya. Sehingga tidak lagi setiap omongannya diteriaki, berlomba sorak, padahal isinya tidak ada,” tegas Lidartawan kepada awak media di Denpasar, Jumat (5/4/24).

Lebih lanjut disebutkan, kini pihaknya tengah mendesain skema debat untuk Pilkada. Ia berharap, debat dapat dilangsungkan dengan damai dan kondusif.

Baca Juga  Selisih 319 Suara, Koster-Giri Unggul di Denpasar

“Kita masih cari desain debat yang elegan, yang menyejukkan untuk masyarakat. Intinya apa yang akan mereka buat untuk bangsa dan negara sampai ke masyarakat. Saya ingin walaupun nantinya ada debat, cukup tepuk tangan sajalah. Jangan berisi wawe-wawe (teriak-teriak, red). Kayaknya gimana gitu, nggak intelek,” sambungnya.

Namun, apabila terdapat calon tunggal yang berhadapan dengan kotak kosong, kata dia menambahkan, kontestan Pilkada akan berfokus untuk menyampaikan visi dan misinya saja tanpa adanya debat.

“Jangan sombong, misalnya gak ada lawan. Bisa saja kotak kosong yang menang,” pungkasnya.

Reporter: Komang Ari