Denpasar – Pengamat atau pemerhati pariwisata Bali, Dr. I Gede Sutarya mengatakan bahwa usulan pendirian kasino merupakan jalan menuju kehancuran pariwisata di Pulau Seribu Pura. Bahkan menurutnya budaya dan adat istiadat sangat mungkin ikut tergerus.

Dosen Magister Pariwisata Budaya dan Keagamaan UHN IGB Sugriwa Denpasar itu mengungkapkan, kondisi pariwisata Bali saat ini sudah bisa disebut overtourism. Apalagi ditambah kasino, bisa jadi ini adalah jalan menuju kehancuran pariwisata Bali.

“Kenapa harus Bali (pendirian kasino). Bali sudah sangat padat dengan pariwisata, bahkan ini sudah bisa disebut overtourism. Overtourism ini telah menyebabkan kemacetan, sampah, penurunan lahan hijau, kerusakan lingkungan, masalah air dan persoalan sosial budaya,” kata Gede Sutarya kepada wacanabali.com, Sabtu (17/8/24).

Baca Juga  Made Pria Dharsana: Kasino Bukan Satu-Satunya Solusi Dongkrak Perekonomian Bali

Lebih lanjut, kata Sutarya kemacetan, sampah, kerusakan lahan hijau merupakan kehancuran budaya Bali. Sebab, menurutnya budaya, adat istiadat Bali identik dengan alam atau lingkungan yang harmonis.

“Kerusakan lingkungan, dan lain-lain, itu semua berhubungan dengan budaya, lingkungan itu kan identik dengan budaya,” ungkapnya.

“Ini kan sudah bisa disebut ketersesakan yang mempengaruhi budaya dan alam. Budaya Bali kan damai, harmonis. Persoalan ini kan sudah menciptakan ketersesakan. Apalagi ditambah pembangunan kasino,” imbuhnya.

Ia kemudian menyebut, situasi ini sudah membuat masyarakat Bali terganggu dengan aktivitas pariwisata. Kata dia, jika dipaksakan (pembangunan kasino) bisa terjadi penolakan dari masyarakat Bali.

“Masyarakat Bali sudah terganggu dgn aktivitas pariwisata, karena itu bisa jadi penolakan dari masyarakat terhadap pariwisata spt yg terjadi di Spanyol di mana masyarakat berdemo menolak pariwisata. Itu secara psikososial,”tandasnya.

Baca Juga  Akademisi: Bagaimana Nasib Idealisme Pariwisata Bali Kini?

Reporter: Komang Ari