Penulis: Wayan Irawan

PEMILIHAN Gubernur Bali (Pilgub Bali) bukan hanya perhelatan politik untuk memilih kepala daerah semata. Di Pulau Dewata, kepemimpinan bukan hanya tentang kemampuan administratif dan kemampuan mengelola pemerintahan. Lebih dari itu, seorang pemimpin Bali adalah penjaga adat dan budaya warisan leluhur yang telah berabad-abad menjadi jantung kehidupan masyarakat Bali.

Pembangunan infrastruktur dan ekonomi seringkali menjadi prioritas utama, terkadang mengorbankan ruang-ruang sakral, tanah adat, dan keutuhan sosial-budaya. Tantangan ini menjadikan Pilgub Bali lebih dari sekadar pemilihan pemimpin daerah, tetapi sebagai ajang mencari sosok yang mampu menjadi pejuang pelestari adat dan budaya Bali.

Bali bukan sekadar destinasi wisata dunia, namun juga merupakan simbol kebudayaan yang unik dan berharga. Adat istiadat, upacara keagamaan, seni, dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas orang Bali.

Baca Juga  Kekerasan Seksual Terhadap Anak Guncang Jembrana, Bocah Kelas Empat Alami Trauma Berat Jembrana - Kabar

Dalam setiap aspek kehidupan, masyarakat Bali menjaga keharmonisan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan melalui ajaran Tri Hita Karana. Oleh karena itu, seorang gubernur di Bali diharapkan bukan hanya seorang administrator yang mampu membangun infrastruktur atau meningkatkan ekonomi, tetapi juga seorang pemimpin yang memahami esensi spiritual dan budaya Bali.

Pemimpin Bali idealnya harus memiliki visi yang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal. Mereka perlu memastikan bahwa pembangunan moderen berjalan tanpa merusak keseimbangan budaya dan tradisi yang telah turun-temurun. Pembangunan fisik harus diimbangi dengan pembangunan spiritual dan budaya, agar Bali tetap menjadi rumah bagi harmoni yang selalu dijaga oleh masyarakatnya.

Gubernur yang terpilih nanti harus berkomitmen untuk menjaga keaslian dan kelestarian adat serta nilai-nilai leluhur agar generasi mendatang masih bisa merasakan esensi Bali yang sebenarnya.

Baca Juga  Seorang Pria Meninggal Tanpa Sebab Gegerkan Warga Kerobokan

Oleh karena itu, dalam Pilgub Bali, masyarakat tidak hanya memilih kepala daerah yang mampu bekerja, tetapi mereka memilih pejuang penjaga identitas Bali. Pemimpin ini harus sanggup menghadapi tantangan modernisasi tanpa kehilangan jati diri dan menjaga nilai-nilai luhur budaya Bali agar tetap hidup dan relevan di era globalisasi. Bali tidak hanya membutuhkan seorang gubernur yang cerdas, tetapi juga sosok yang berani mempertahankan warisan leluhur di tengah derasnya arus perubahan zaman.

Editor: Ngurah Dibia