Denpasar – Di tengah hiruk-pikuk kota dan birokrasi yang sering terkesan dingin, muncul secercah kehangatan dari Kanwil Ditjenpas Bali dan Persatuan Ibu Pemasyarakatan (PIPAS) Bali.

Dalam peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan (HBP) ke-61, mereka membuktikan bahwa pemasyarakatan bukan hanya urusan dinding penjara, tetapi juga tentang menyentuh nurani dan menjangkau mereka yang paling membutuhkan kasih sayang.

Bakti sosial yang digelar di Panti Asuhan Dharma Jati II, Denpasar, bukanlah seremonial kosong. Ketika tangan-tangan kecil anak-anak panti menyambut uluran kasih dari para pegawai pemasyarakatan, terlihat jelas: ini adalah momen kemanusiaan, bukan sekadar formalitas tahunan.

“Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya… Ini bukan sekadar bantuan materi, tapi juga bentuk kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti bagi anak-anak kami,” ucap Kepala Panti Dharma Jati II dengan mata berkaca-kaca di Denpasar, Senin (14/04/2025)

Baca Juga  Mahkota WBK Bersemi di Bali Gema Reformasi dari Kerobokan

Sebuah testimoni jujur yang menampar kesadaran, bahwa masih banyak ruang di hati birokrasi untuk empati dan cinta kasih.

Kepala Kanwil Ditjenpas Bali, Decky Nurmansyah, menegaskan komitmennya dalam membumikan makna Hari Bakti Pemasyarakatan lewat aksi nyata.

“Semangat HBP bukan hanya untuk internal pemasyarakatan, tapi untuk masyarakat luas. Hari ini kami hadir bukan untuk dilihat, tapi untuk menyentuh dan didengar,” ujarnya dalam sambutan penuh makna.

Penyerahan bantuan kebutuhan pokok, perlengkapan anak, dan kebutuhan lainnya hanyalah simbol. Yang lebih penting adalah pelukan, senyuman, dan waktu yang diberikan kepada anak-anak. Hal yang tak ternilai dengan nominal anggaran.

Ditjenpas Bali dan PIPAS menunjukkan bahwa pemasyarakatan sejatinya bukan hanya mengawal narapidana, tapi juga menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Di saat banyak institusi masih sibuk dengan citra, mereka memilih hadir dan memberi.

Baca Juga  Kanwil Ditjenpas Bali Sabet Predikat WBK di Lapas Kerobokan

Inilah wajah pemasyarakatan yang menyejukkan: bukan hanya penjaga tembok jeruji, tapi juga pelayan hati masyarakat.