Gianyar – Sejumlah peternak babi di Banjar Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, berhasil menyulap kotoran ternak menjadi energi alternatif berupa biogas.

Menurut Kepala Lingkungan Banjar Penyabangan, Wayan Rudiarta, terdapat lima instalasi biogas yang dioperasikan secara mandiri oleh lima kepala keluarga (KK) di wilayah tersebut.

“Awalnya kami mendapatkan bantuan CSR untuk biogas pada tahun 2010. Bantuan ini sangat bermanfaat apalagi ditengah kemelut gas LPG pernah langka sehingga biogas jadi alternatif untuk warga memasak,” jelas, Rudiarta ketika ditemui, Rabu (21/5/25).

Namun, ia mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan berdampak pada keberlanjutan penggunaan biogas di wilayahnya.

“Karena ada alih fungsi lahan jadi berkurang kebanyakan jadi bangunan. Dulu sempat dikabarkan Banjar ini akan mandiri energi karena banyak biogas,” imbuhnya.

Baca Juga  Adukan Harga Babi Anjlok ke Pemprov, GUPBI Bali Sebut belum Ada Titik Terang

Biogas hasil olahan kotoran ternak tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak hingga berjualan. Sisa kotoran hasil pengolahan gas juga digunakan sebagai pupuk kompos.

“Untuk masak, jualan bubur, hemat sebulan. Biasanya tambahan gas pakai gas LPG kalau ada hari raya. Setiap hari pakai biogas,” kata salah satu pemilik biogas, Wayan Mandra.

Gas yang dihasilkan dari satu instalansi diperkirakan dapat digunakan selama 3-4 jam setiap harinya. Dengan demikian, pemakai dapat menghemat pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan energi.

Bagi Mandra, tidak ada kendala berarti selama menggunakan biogas. Namun, ia tetap harus memperhatikan pengendapan kotoran agar produksi gas tetap optimal.

“Kendalanya di pengendapan kotoran, membuat ruang gas semakin dangkal tergantung kotoran apakah bagus atau tidak. Kotoran harus yang tidak berpasir, harus pakan bagus. Makanan ternak selalu dijaga, jadi memberikan pakan alami. Membuat gas lebih bagus, tapi kadang seratnya buat pengendapan,” tutupnya.

Baca Juga  Harga Pakan Tinggi, Peternak Babi Terancam Bangkrut

Reporter: Komang Ari