Koster Temui Airlangga, Lapor Tuntas Banjir Bali dan Desak Perpres Sampah Dipercepat
Jakarta – Gubernur Bali Wayan Koster bergerak cepat ke Jakarta menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dalam audiensi yang berlangsung penuh keakraban itu, Koster tidak sekadar melapor, tetapi membawa sederet hasil kerja konkret dan permintaan strategis untuk Bali.
Koster membuka pertemuan dengan menyampaikan terima kasih atas kesediaan Menko menerima audiensi. Ia langsung memaparkan laporan penanganan banjir yang sempat menerjang sejumlah wilayah di Bali.
“Situasi sudah normal, korban jiwa sudah mendapat santunan dari pemerintah pusat dan daerah. Para pedagang yang terdampak juga telah menerima ganti rugi,” tegas Koster dalam laporannya dari Jakarta, Rabu (24/09/2025)
Respons kilat Pemprov dan pemerintah kabupaten/kota mendapat apresiasi langsung dari Airlangga. Ia menyebut penanganan yang dilakukan Bali sebagai contoh respons tanggap bencana yang patut diacungi jempol.
Isu lain yang tak kalah krusial dibawa Koster adalah penanganan sampah dengan teknologi pengolahan menjadi energi. Pemerintah pusat melalui Danantara akan mengambil bagian dalam proyek ini. Untuk menunjukkan keseriusan daerah, Koster memastikan Bali sudah menyiapkan lahan enam hektare serta menjamin pasokan sampah minimal 1.500 ton per hari dari Denpasar dan Badung.
Tak ingin tersandera regulasi, Koster meminta pemerintah pusat mempercepat terbitnya Perpres tentang penanganan sampah agar proyek bisa segera digulirkan.
Bukan hanya soal bencana dan lingkungan, Koster juga menyampaikan program pembangunan prioritas Bali yang membutuhkan dukungan percepatan dari pemerintah pusat. Airlangga menyambutnya tanpa ragu.
“Saya sangat mendukung apa yang Bapak Gubernur perjuangkan,” ujar Menko dalam audiensi tersebut.
Pertemuan tak hanya bernuansa formal, tapi juga emosional. Koster dan Airlangga diketahui sudah bersahabat sejak menjadi anggota DPR RI. Keduanya bahkan mengaku saling rindu karena lebih dari dua tahun tidak bertemu langsung.
Audiensi ini bukan basa-basi politik, melainkan momentum mempertegas bahwa Bali tidak menunggu bola, tetapi ia bergerak, melapor, dan menagih dukungan pusat berdasarkan kerja nyata di lapangan.

Tinggalkan Balasan