Badung – Gelaran upacara sakral, Pegembal Bendu Guru Piduka, di lahan sengketa Ungasan, Badung, pada Jumat (11/3/2022) kemarin yang digelar oleh pihak Ahli Waris, Made Suka bersama keluarga besar dan masyarakat berlangsung dramatis. Sejumlah keluarga pihak ahli waris nampak histeris, saat lantunan mantra-mantra doa diucapkan oleh Ida Pandita Empu Yoga Dasa Paramita dari Griya Agung Taman Batur Sari Peraupan.

Pihak keluarga ahli waris Made Suka melalui anaknya, Jero Kadek Hendiana Putra saat ditemui langsung di tempat acara menuturkan bahwa upacara Guru Piduka yang digelar guna memohon ampunan dan bimbingan terhadap para leluhur terdahulunya dalam menjaga lahan tersebut dari energi negatif. Selain itu, upacara juga digelar merupakan bagian dari perjuangan untuk mendapatkan keadilan terkait sengketa yang terjadi.

“Upacara ini digelar sebagai bentuk permintaan maaf kami kepada Ibu Pertiwi, Leluhur, dan Tuhan atas kesalahan yang kami alami. Tetapi ini juga digelar sebagai bentuk untuk memohon keadilan kepada Yang Maha Esa dalam perjuangan kami untuk menjaga tanah ini dari niat-niat yang tidak baik,” tegas Jero Kadek.

Sementara itu, Relawan Masyarakat Bali yang tergabung dalam Yayasan Kesatria Keris Bali, I Ketut Putra Ismaya Jaya (Jero Ismaya) yang ikut hadir dalam giat upacara tersebut menuturkan, pihaknya akan siap mengawal keluarga ahli waris untuk bisa mendapatkan haknya terkait sengketa lahan yang terjadi. Menurutnya, hal yang dilakukan oleh pihak waris dengan menggelar upacara ini merupakan hal yang tepat, dimana ketika ahli waris tidak mendapatkan keadilan atas apa yang diperjuangkan, dan sekarang mereka sekarang meggugat keadilan secara Niskala (gaib).

“Saya akan membela tanah Bali. Siapapun yang pernah datang ke tanah Bali, pasti mengerti begitu sakralnya tanah Bali, ini merupakan tanah betara-betari dan lelangit yang ada untuk kebaikan Bali,” ungkap Jero Ismaya.

Selain itu, bentuk dukungan lain juga datang dari masyarakat Kadek Mariata yang nampak didampingi oleh tim kuasa hukim Made Suka yang hadir dalam gelaran upacara tersebut menambahkan, pihaknya mengaku merinding dengan upacara yang digelar oleh pihak ahli waris. Menurutnya, ini merupakan perjuangan yang dianggap tidak main-main dimana ini merupakan sebagai upaya kutukan dari pihak keluarga ahli waris ketika mereka tidak mendapat keadilan atas apa yang telah terjadi di lahan sengketa tersebut.

“Saya melihat kondisi ini ngeri, ‘sing main-main’ ini bisa menciptakan malapetaka bagi orang-orang yang telah menzolimi ahli waris dalam hal ini. Mudah-mudahan bapak, ibu, yang terkait dalam kasus ini bisa segera sadar dan disadarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa,” tegas pria yang akrab disapa Kadek Garda.

Selanjutnya, muncul adanya harapan dari berbagai pihak terhadap para Aparat Penegak Hukum (APH) yang terlibat pada proses sengketa lahan Ungasan ini, agar dapat melihat fakta dan kebenaran hukum yang sebenarnya terjadi di lapangan, buka malah justru ikut menzolimi masyarakat kecil yang tidak mengetahui apa tentang upaya-upaya hukum yang dilakukan. (WB)