Buntut Gagap Pendidikan Seksual, Remaja Alami KTD Hingga Aborsi Ilegal
Denpasar – Maraknya kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada remaja tentunya menjadi momok yang harus ditangani bersama.
Menyoroti hal tersebut, Seksolog dr. I Made Oka Negara, FIAS menilai, sex education atau pendidikan seksual semestinya tidak lagi dianggap tabu dan dapat diberikan kepada remaja.
Pihaknya juga memberikan analogi, bagaimana negara-negara yang memiliki pemahaman baik terhadap pendidikan seksual justru dapat mengendalikan potensi terjadinya KTD.
“Sebagai perbandingan saja, di Belanda misalnya yang melegalkan aborsi. Tapi klinik-klinik yang menyedikan layanan tersebut justru sepi, tidak ada pasien. Hal ini terjadi karena orang-orangnya sudah tahu, bagaimana mencegah kehamilan. Mereka edukasinya sudah kuat. Jadi kemungkinan remaja terkena KTD atau Infeksi Menular Seksual (IMS) sangat kecil,” terangnya saat diwawancarai melalui telepon Rabu (17/5/2023).
Lebih lanjut, pihaknya menuturkan, akses untuk pemenuhan pendidikan seksual di Indonesia belum memadai.
“Kalau pun ada sekolah-sekolah yang mendapatkan muatan pendidikan seksual. Kayaknya tidak dilanjutkan lagi sesudah program-program terkait pendidikan seksual itu jalan. Kecuali ada kurikulumnya,” imbuhnya.
Akademisi Universitas Udayana ini juga menyebutkan, tak jarang remaja masih meyakini informasi-informasi tidak valid untuk menangani kasus KTD.
“Akhirnya mereka (remaja yang mengalami KTD, red) membeli obat aborsi secara online, datang ke dukun beranak atau datang ke tempat-tempat praktik tertentu yang ilegal,” tambahnya
dr. Oka Negara juga menjelaskan, masa remaja semestinya diisi dengan hal-hal yang dapat membentuk sikap bertanggung jawab dan kreatif.
“Saya yakin kok. Kalau remaja paham resiko berhubungan seksual. Pilihannya akan selalu ABC (Abstinence, be faithful dan condom). Pastikan juga saat menggunakan gadget dan media sosial, carilah informasi yang benar terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Kalau tidak yakin, tanyakan kepada pakarnya,” tutupnya.
Reporter: Komang Ari
Editor: Ady Irawan
Tinggalkan Balasan