Denpasar – Gubernur Bali, Wayan Koster kembali memberikan penjelasannya terkait keputusan Pemprov Bali untuk menutup Gunung sebagai obyek wisata. Dirinya mengungkapkan rasa khawatir jika ke depan gunung masih dijadikan obyek wisata, akan berdampak buruk terhadap menurunnya taksu (aura, red) Bali sebagai Pulau Dewata, dengan pertimbangan larangan tersebut sebagai upaya untuk menjaga kawasan tersebut tetap suci.

Hal tersebut diungkapkan Wayan Koster seusai menghadiri Rapat Paripurna ke-16 DPRD Bali, pada Senin (5/6/2023). Selain kekhawatirannya, Gubernur Koster juga mengatakan, bahwa keputusannya tersebut dilakukan, setelah dirinya mengetahui bahwa pendapatan dari wisata mendaki gunung sangat sedikit sehingga lebih memilih untuk menutupnya dan menjaga kawasan gunung agar tidak kehilangan taksu.

“Kita udah hitung, pendapatannya kalau di Gunung Agung, dalam satu tahun kurang dari Rp100 juta. Kalau di Gunung Batur pendapatannya 1 tahun hampir Rp 1 miliar. Tapi masuk ke Kementerian Kehutanan sebagai pendapatan negara bukan pajak. Kalau Gunung Agung ke desa dan kewenangan pemprov,” ucapnya.

Baca Juga  Perkara SPI Unud, Terlalu Kejam dan Dini Menjustifikasi Rektor Korupsi

Dirinya menyebut bahwa pertimbangan untuk menutup obyek wisata gunung sudah sangat diperhitungkan, di mana secara ekonomi dikatakan Koster pendapatan dari gunung sangat kecil sekali, turis mancanegara yang mendaki Gunung di Bali juga sedikit dan kebanyakan wisatawan domestik saja. Ia juga mengatakan, bahwa wisatawan berkualitas adalah wisatawan yang tidak datang untuk mendaki gunung, dan kebanyakan mereka tidak tertarik datang ke Bali untuk itu.

“Saya khawatir jika daya tarik Bali ini terus menurun, ke depan orang yang akan berkunjung ke Bali itu akan menurun. Kembali lagi, kenapa orang banyak ke Bali? Karena kekuatan auranya, ini yang harus kita jaga bersama ini jangan dikorbankan oleh kepentingan pragmatis yang dampak ekonominya sangat kecil ketimbang kita akan mengorbankan hal besar,” tegas Gubernur Koster.

Baca Juga  Dilantik Prabowo, Koster-Giri Tancap Gas! Menuju Bali Era Baru

Reporter: AK

Editor: Ngurah Dibia