Denpasar – Disinggung mengenai kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dengan memberlakukan pungutan bagi wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung sebesar Rp150 ribu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menegaskan, angka tersebut terbilang masih kecil dibandingkan kebijakan pungutan serupa di negara lain seperti Thailand.

“Ini Bali masih kecil. Thailand itu kalo ga salah sekitar 300 Bath (mata uang Thailand, red), kalau dikurs-kan sekitar 180 ribu rupiah. Jadi jelas tidak ada kekhawatiran pungutan kita akan berdampak negatif terhadap kunjungan, kita juga sudah lakukan survei kecil-kecilan, dan semua menyampaikan kebijakan tersebut positif sekali,” ungkap Tjok Bagus panggilan akrabnya kepada wacanabali.com, Jumat (6/10/23).

Baca Juga  Salip Truk, Pikap Boks Akibatkan Laka Beruntun

Kadispar juga menambahkan, kebijakan tersebut berlaku untuk semua wisman yang datang ke Bali melalui jalur darat maupun udara. Nantinya, sebelum berkunjung mereka di bandara akan diarahkan untuk mengunduh aplikasi Love Bali atau bisa melakukan pembayaran melalui barcode (nontunai), berlaku pada Februari 2024 mendatang.

Selain pungutan Rp150.000/wisman, wisman yang datang ke Bali menggunakan fasilitas Visa on Arrival (VoA) dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (RI) harus mengakumulasi pembayaran VoA sebesar Rp500 ribu/orang ditambah pungutan tersebut, dengan total yang dikeluarkan mencapai Rp650 ribu/wisman.

“Kita arahkan seperti itu ya dengan online, dengan men-download Love Bali atau dengan nanti kita berikan semacam barcode,” tambahnya.

Baca Juga  Bandara Bali Utara Masuk Rencana Pembangunan Nasional Prabowo-Gibran

Adanya kebijakan pungutan Rp150 ribu tersebut, dengan estimasi kedatangan wisman ke Bali mencapai 5 juta orang/tahun tahun, diperkirakan Bali bisa mendapatkan tambahan dana mencapai Rp750 miliar per tahun dari adanya kebijakan tersebut.

“Ini kan arahan Pak Gubernur, arahan juga dari Pimpinan Pusat. Nantinya pungutan ini kita pergunakan untuk pelestarian alam dan budaya Bali, juga untuk penanggulangan sampah,” tutupnya.

Reporter: Krisna Putra

Editor: Ngurah Dibia