Denpasar – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, kerap disebut “pesta demokrasi” rakyat Indonesia, menjadi momentum untuk menentukan arah masa depan negara yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali, sebagai sarana kedaulatan rakyat dalam menghasilkan pemimpin pemerintahan (eksekutif & legislatif) baru dengan menentukan sosok/figur pemimpin sesuai kehendaknya.

Tradisi rakyat Indonesia ini, tak terkecuali Bali, kegiatan krusial tak terpisahkan dalam pemilu adalah politik praktis, biasa digunakan politisi menjual gagasannya melalui narasi-narasi menjadi sebuah kenormalan dalam agenda berpolitik dan itulah realitas empiris demokrasi politik para politisi mendapatkan kepercayaan rakyat.

Berbagai janji politik ditawarkan, rakyat seringkali dikepung oleh “Jambu” (janji-janji ‘busuk’/manis politisi jelang pemilu) belum tentu diwujudkan dengan baik, sedihnya lagi para politisi seakan tak paham bagaimana langkah melakukan penetrasi merealisasikan janji tersebut.

Baca Juga  Disebut tak Punya AMDAL, Pengelola TPST Kertalangu Berkilah

Menanggapi dinamika “Jambu” tersebut, khususnya di Bali, A A Bagus Tri Candra Arka akrab disapa Gung Cok, Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali Dapil Badung mengatakan, tidak sepenuhnya menyalahkan masyarakat karena banyaknya wacana-wacana mereka menjadi trauma dengan dunia politik.

“Memang, saat saya turun ke bawah (masyarakat, red) banyak terjadi itu (stigma “Jambu”, red) kita tidak bisa salahkan juga. Inikan kembali lagi, dimana tokoh-tokoh yang mereka agungkan dan dukung, justru setelah terpilih tidak mengaspirasi sesuai janji. Ini pragmatis sekali, dan kita (politisi, red) harus sadari bahwa saat ini masyarakat lebih cerdas dalam memilih calon-calon pemimpin mereka,” ungkap Gung Cok, Kamis (7/8/23).

Baca Juga  Tarif Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk-Ketapang akan Naik 4 Persen

Gung Cok menegaskan, momentum Pemilu 2024 mendatang, rakyat sebagai pemegang hak suara dalam pemilu harus bijak dan cerdas menentukan pilihan politiknya, memahami figur politik yang akan dipilih menjadi atensi yang harus dilihat secara komprehensif dan sistematis.

Senada dengan apa yang dikatakan oleh Gung Cok, I Nengah Yasa Adi Susanto alias Jro Ong, Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali Dapil Kota Denpasar lebih menekankan, bahwa para politisi khususnya calon legislatif dianggap lebih efektif jika fokus menawarkan program substansial sesuai tupoksi, bersentuhan langsung dengan rakyat, jangan hanya membuat politik diluar kapasitas, pada akhirnya sulit untuk diwujudkan setelah terpilih.

Baca Juga  Enam Pejabat Teras Polres Jembrana Berganti

“Ya jangan salahkan rakyat. Karena mereka inikan (caleg-caleg, red) musiman. Jika terpilih dan menjabat, mereka juga harus turun, janganlah lagi kali ini rakyat dikorbankan. Agar pemilu 2024 benar-benar melahirkan pemimpin altruistik bukan pemimpin egois, narsistik dan arogan,” papar Jro Ong.

Menuju Pemilu 2024, masyarakat berharap sikap apatisme dan pesimisme para caleg bisa diubah dengan paradigma politik partisipatif. Karena, saat ini peran rakyat dalam pemilu ibarat dua sisi mata uang tal terpisahkan dalam menentukan kualitas para jagoannya dalam pertarungan bergengsi “pesta demokrasi”. Lima tahun bukan waktu singkat, begitu banyak persoalan bisa diselesaikan jika pilihan rakyat jatuh di tangan yang tepat.

Reporter: Krisna Putra

Editor: Ngurah Dibia