Denpasar – Kembangkan media seni dari visual ke verbal, Fotografer sekaligus Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) Yulius Widi Nugroho luncurkan metode anyar yang dinamainya FOTUISI (Fotografi-Puisi).

Kepada Wacanabali.com, pihaknya menerangkan, metode yang diformulasikannya tersebut sebagai proses pemaknaan hasil fotografi secara semiotika melalui puisi.

“FOTUISI mengkonversi hasil foto yang dijadikan puisi. Pada akhirnya, puisinya akan digabungkan dengan foto,” ujarnya di Denpasar Jumat, (2/7/24).

Bagi Yulius yang bergelut di bidang fotografi, menyusuri dunia puisi diakuinya memberikan tantangan tersendiri. “Tantangan karena puisi bukan ranah keilmuan saya, jadi harus berusaha lebih keras dalam pembuatan puisi,” ungkapnya.

Untuk diketahui sebelumnya, pria kelahiran Solo ini menyajikan metode FOTUISI dalam disertasinya yang berjudul “Fotografi Puisi sebagai Media Kritik Sosial dan Pelestarian Benteng Kedungcowek”.

Baca Juga  Kritik Terbengkalainya Benteng Kedungcowek

Kendati demikian, Yulius berharap karya yang ditelurkannya tersebut tak melulu digunakan dalam konteks kritik sosial tapi juga meluas pada bidang-bidang lainnya.

“Kedepannya, seniman lain bisa mengembangkan FOTUISI untuk media yang lain atau bahkan tidak hanya di kritik sosial tapi juga untuk keperluan yang lain,” tandasnya.

Reporter: Komang Ari