Denpasar – Rata-rata perempuan menggunakan lebih dari 11.000 pembalut sekali pakai selama hidupnya. Lalu, bayangkan jika jumlah tersebut dikalikan 800 juta perempuan di seluruh dunia. Berapa total sampah plastik yang dihasilkan? Demikianlah Tungga Dewi, Co Founder dan CEO Perfect Fit menuturkan kekhawatirannya terhadap isu kesehatan perempuan serta kaitannya dengan dampak lingkungan.

Saat menstruasi, perempuan juga menghadapi tantangan yang beragam, termasuk period poverty atau kondisi di mana seseorang tidak memiliki akses terhadap produk menstruasi, edukasi, dan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung mereka dalam mengelola menstruasi dengan baik.

Fakta tersebut kemudian mendorong lahirnya Perfect Fit, sebuah social enterprise atau usaha sosial yang tidak hanya memproduksi produk-produk menstruasi ramah lingkungan namun juga bergerak aktif dalam hal edukasi serta pemberdayaan perempuan.

Foto: CEO Perfect Fit, Tungga Dewi (kiri) bersama COO Perfect Fit Riesa Putri (kanan). Sumber: Istimewa.

Menengok ke belakang, Perfect Fit tentunya menempuh perjalanan yang tak singkat. Semula, Perfect Fit merupakan sebuah proyek sosial dengan menyasar komunitas perempuan di Nusa Tenggara Timur sebagai penerima manfaatnya.

Sayang proyek sosial yang dinilai berdampak baik bagi perempuan dan lingkungan tersebut “mati suri” karena habisnya masa pendanaan. Tungga bersama rekannya, Riesa Putri, sepakat untuk melanjutkan Perfect Fit sebagai sebuah usaha sosial untuk menjangkau lebih banyak perempuan di Indonesia.

“Biasanya memang proyek-proyek di Kopernik (LSM, red) kalau udah selesai, ya kita bikin project report. And show it to public aja untuk lesson learned, dan ketika ada orang yang mau melanjutkan ya silakan gitu,” ujar jebolan Universitas Indonesia ini saat diwawancarai, Kamis (12/9/24).

Namun, ia menyadari kondisi perempuan dalam menghadapi menstruasi begitu beragam sehingga menyulap semua kalangan beralih ke produk menstruasi reusable atau yang bisa digunakan berulang kali bukanlah persoalan sederhana.

“Mungkin kalau di kantornya nggak ada air, atau di kantornya nggak nyaman untuk nyuci (pembalut kain, red) ini menjadi tantangan. Jadi sebenarnya, it’s a job of the company to keep innovating dan produk kita yang sekarang juga kalau dibanding sama pembalut organik yang lain, is the first yang biodegradable,” imbuhnya.

Mendukung upaya emisi nol bersih

Pembalut sekali pakai menghasilkan emisi karbon karena proses produksinya yang melibatkan bahan mentah seperti plastik dan kapas yang memerlukan energi tinggi. Selain itu, distribusi dan transportasi produk ini menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi. Setelah digunakan, pembalut yang dibuang di tempat pembuangan sampah tidak mudah terurai atau biasanya diproses dengan insinerator sehingga menyebabkan lebih banyak gas rumah kaca dilepaskan selama dekomposisi atau pembakaran.

Foto: Tempat Produksi Produk Menstruasi Perfect Fit. Sumber: Istimewa.

Sebagai upaya mendukung emisi nol bersih, kata Tungga, produk-produk Perfect Fit diproduksi di dalam negeri. Hal ini meminimalisir kebutuhan untuk mengimpor bahan baku dari luar negeri yang biasanya melibatkan transportasi jarak jauh dan menghasilkan emisi karbon.

“Karena memang dibuatnya juga di dalam negeri, jadi itu mengikat carbon footprint yang sangat banyak. Jadi kita nggak perlu impor ABC dan segala macam, karena memang dibuatnya juga di Jawa dan di NTT.

Tungga menambahkan, dalam proses produksinya, Perfect Fit melibatkan penjahit-penjahit asal NTT dan bermitra dengan pabrik garmen lokal di Jawa yang telah tersertifikasi sebagai praktik manufaktur yang aman, kondisi kerja yang layak, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Foto: Salah Satu Penjahit Pembalut Kain Perfect Fit. Sumber: Istimewa

Hingga kini, Perfect Fit telah menelurkan delapan buah produk menstruasi berupa pembalut kain, celana dalam menstruasi termasuk teranyar pembalut sekali pakai berbahan dasar bambu.

Produk-produk tersebut diklaim berbahan baku organik serta meniadakan plastik dalam proses pengemasannya. Menurut Tungga, ini mengacu pada komitmen Perfect Fit dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDGs).

Tantangan beralih ke pembalut reusable

Tungga mengaku menyadari betul, pasar untuk produk menstruasi ramah lingkungan, seperti pembalut kain misalnya, bukanlah produk yang digandrungi bagi kebanyakan perempuan. Maka tak heran, urusan target pasar, modal, dan ketersediaan SDM dirangkum Tungga dalam satu kata bagi Perfect Fit: tantangan!

Senada dengan itu, Ni Luh Putu Nita Sri Dewi sebagai pengguna pembalut kain tak menampik adanya kesulitan saat memakai produk yang diklaim lebih ramah lingkungan tersebut.

“Kadang suka merembes gitu, jadi harus diganti sesering mungkin kalau lagi deres-deresnya. Mungkin akan terasa lebih tebal gitu ya kalau pakai pembalut kain, tapi nggak sampai mengganggu aktivitas. Namun, tentu nggak ramah kalau digunakan di aktivitas yang ada airnya,” beber Guru Matematika di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Tabanan ini.

Ramah ekologi dan ekonomis

Tampak sekilas, harga-harga dari produk Perfect Fit memang lebih mahal dari pembalut biasa pada umumnya. Namun, untuk pemakaian jangka panjang dengan asumsi hingga lima tahun penggunaan atau setara dengan seratus kali pencucian, pembalut kain justru dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perempuan untuk keperluan pembalut setiap bulannya.

Hal serupa juga dirasakan Nita, di awal ia mengaku merogoh kocek lebih untuk membeli pembalut kain. Namun, untuk pemakaian jangka panjang, ia sepakat penggunaan pembalut kain lebih ekonomis tinimbang pembalut sekali pakai.

“Walaupun masih pakai pembalut sekali pakai beberapa kali untuk berjaga-jaga, bedanya, pembelian pembalut sekali pakai itu hanya 3-4 bulan sekali,” sambungnya.

Kendati menantang, beralih ke pembalut kain mantap dilakukan Nita atas dasar khawatir terhadap limbah plastik yang dihasilkan selama fase menstruasi.

“Kepikiran, takutnya dengan menggunakan pembalut sekali pakai jadi bikin lingkungan dan tempat tinggalku makin banyak sampah,” imbuhnya.

Produk menstruasi dan kaitannya dengan kesehatan reproduksi perempuan

Seksolog dr I Made Oka Negara, M. Biomed, FIAS menerangkan, produk menstruasi berpengaruh terhadap kondisi kesehatan menstruasi pengguna. Dengan demikian, sambung Oka, diperlukan kecermatan untuk menghindari bahan-bahan kimia berbahaya dalam produk menstruasi yang dipilih.

“Sekarang, karena pembalut diharapkan ada daya serap gini, daya serap gitu, dan lain-lain, maka mulai ditambahkan bahan-bahan kimia, mulai ditambahkan mungkin disinfectant, mulai ditambahkan pewangi. Di situ tanda tanyanya, apakah bahan-bahan kimia yang ditambahkan ini adalah sehat atau tidak? Nah ini sangat beragam,” terangnya.

Dengan demikian, selain faktor kenyamanan dampak kesehatan terhadap pengguna perlu dipertimbangkan. “Ada yang mensnya misalnya 7 hari, ada yang 4 hari, berarti yang menggunakan pembalut sampai 7 hari itu pastinya paparan bahan buruknya juga lebih lama,” tambahnya.

Namun, Oka menekankan, apapun jenis pembalut yang dipilih hal terpenting adalah dalam menjaga kebersihan saat pemakaiannya. Sebisa mungkin, pembalut wajib diganti minimal setiap empat jam sehari.

“Jadi kalau saya pribadi, pembalut buat perempuan itu sebenarnya yang paling penting adalah lebih sering diganti. Kalau bisa lebih sedikit kandungan-kandungan yang ditambahkan itu juga lebih bagus. Jadi harus benar-benar cermat melihat kandungannya apa, isinya apa,” tandasnya.

Reporter: Komang Ari