Dorong Kesetaraan Gender, Denpasar Miliki Tiga Sekolah Perempuan
Denpasar – Denpasar telah memiliki tiga sekolah perempuan. Program ini difasilitasi oleh Bali Sruti dan Institut KAPAL Perempuan, melalui Program Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif (INKLUSI).
Ketiganya adalah Sekolah Perempuan Kartini di Desa Dauh Puri Kangin, Sekolah Perempuan Srikandi di Desa Dauh Puri Kaja, dan Sekolah Perempuan Widya Shanti di Desa Dangin Puri Kangin.
“Jadi di tiga desa itu kami membentuk yang namanya Sekolah Perempuan. Sekolah Perempuan ini tidak berbentuk gedung, tetapi dia adalah edukasi sepanjang hayat, long life learning,” ucap Ketua Dewan Eksekutif Institut KAPAL Perempuan, Misiyah dalam sesi diskusi bersama KemenPPPA di Denpasar, Selasa (27/5/25).
Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi fokus pembelajaran dalam Sekolah Perempuan. Pertama, berkaitan dengan membangun kesadaran kritis (critical thinking) untuk kesetaraan gender. Kemudian, organasi dan aksi kolektif, serta pengembangan ekonomi perempuan.
Pihaknya menilai, model pemberdayaan melakui Sekolah Perempuan menjadi salah satu jawaban dari lemahnya perspektif gender masyarakat Indonesia.
“Berdasarkan Indeks Gender Norm UNDP, itu hanya 0,36 orang Indonesia yang tidak bias gender. Jadi, 99,9 itu bias gender. Itu data terbaru yang dilauncur pada tahun 2023,” bebernya.
Misiyah menuturkan, program serupa juga dikembangkan di daerah-daerah lain. “Ini juga dikembangkan terutama di daerah-daerah terpencil di Kepulauan Morotai, Maluku Utara, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, kemudian Banten dan Jakarta,” sambungnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan menyambut baik program ini.
Ia tak menampik bahwa program pemberdayaan perempuan di akar rumput ini dapat menjadi percontohan dan dikembangkan lebih luas bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
“Justru ini kan kami kunjungan supaya melihat program ini apakah dari perspektifnya itu kami bisa meng-copy ke tempat lain. Karena kan balik lagi adalah perubahan mindset, (membuat) mereka menjadi seorang champion dan itu kan pasti butuh waktu dan butuh program,” ucapnya.
Reporter: Komang Ari

Tinggalkan Balasan