Denpasar – Politisi Muda asal Bali Ni Made Sri Yogi Lestari sebut kendala mewujudkan kampanye hijau atau green campaign pada Pemilu 2024 disebabkan oleh kondisi dilematis. Salah satunya, melihat fakta perlunya penyebaran informasi terkait kontestan pemilu kepada masyarakat yang terkendala mengakses informasi digital.

“Kita kalau bicara kampanye hijau kan maunya seratus persen, tapi kenyataannya kan nggak bisa karena ya tadi kondisi pemilih kita kemudian wilayah penyebaran informasi tidak menyeluruh,” sebutnya kepada wacanabali.com, Selasa (30/1/24).

Aktivis lingkungan ini menyebutkan, diperlukan kesadaran kolektif untuk pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Sehingga, apabila dilaksanakan, green campaign harus dinaungi oleh regulasi yang tegas.

“Kesadaran itu belum secara konstitusi, kecuali itu menjadi kebijakan di level nasional atau daerah. Kalau kesadaran itu secara personal nah ini akan berpengaruh juga bagi Caleg,” ujarnya.

Baca Juga  Pilgub Bali 2024, Sri Yogi Lestari: Mari Bicara Gagasan, Bukan Figur

Untuk diketahui sebelumnya, tak sedikit pihak mengkritisi penggunaan alat peraga kampanye (APK) karena khawatir limbah yang dihasilkan akan berdampak buruk bagi lingkungan.

Kendati demikian, perempuan yang akrab disapa Yogi ini berharap, para kontestan pemilu dapat bijak memikirkan pengelolaan baliho pasca digunakan sebagai media kampanye.

“Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengatasi sampah pasca digunakan saat ini. Nah, pemerintah juga harus mendukung teknologi pengelolaan sampah seperti contohnya mesin monster yang ada di TPS-3R Seminyak, itu bisa menekan residu barkisar hingga 30 persen. Harus didukung upaya pengelolaan seperti itu,” pungkasnya.

Reporter: Komang Ari