Berebut 8 Kursi DPRD Bali, Denpasar Dapil ‘Neraka’
Denpasar – Menyematkan Denpasar sebagai daerah pemilihan (Dapil) ‘Neraka’ pada pemilihan legislatif DPRD Bali 2024 nampaknya tidak berlebihan. Hal ini lantaran Denpasar akan menyajikan pertarungan sengit para politisi yang sudah memiliki nama besar untuk memperebutkan 8 kursi DPRD Bali.
Terlebih, Dapil ‘Neraka’ semakin terasa karena akan ada 7 petahana yang akan kembali bertarung. Sementara 1 petahana I Gusti Putu Budiarta naik tingkat dengan bertarung di DPR RI.
Para petahana ini akan bersaing dengan pendatang baru, dan elite pengurus partai di Bali yang sebetulnya tidak bisa diabaikan atau dianggap enteng kekuatan politiknya.
Berdasarkan pengumuman Daftar Caleg Sementara (DCS) DPRD Bali oleh KPU Bali, Sabtu (19/08/2023), tercatat sedikitnya ada 12 nama politisi mentereng yang maju di Dapil Bali 1 Denpasar sebagai berikut.
Politisi yang datang dari kalangan petahana yakni Ni Wayan Sari Galung (PDI-P), AA Ngurah Adhi Ardhana (PDI-P), I Wayan Kariarta (PDI-P), AA Gede Agung Sayoga (PDI-P), Ketut Suwandhi (Golkar), Grace Anastasia (PSI), Utami Dewi Suryadi (Demokrat).
Sementara itu, dari kalangan pendatang baru ada Anak Agung Istri Paramitha Dewi (PDI-P) yang merupakan anak dari politisi senior Bali sekaligus Anggota DPR RI Agung Rai Wirajaya.
Lalu, Tokoh Puri Gerenceng Denpasar AA Ngurah Agung (Nasdem), serta tokoh muda yang juga adik kandung Anggota DPD RI dengan suara terbesar di Bali Arya Weda Karna, I Gusti Ngurah Wira Wedawitry Wedastra Suyasa Putra (Demokrat).
Adapun yang datang dari elite pengurus partai yakni Ketua DPD Gerindra Bali yang juga Wakil Ketua DPRD Denpasar Made Muliawan Arya (Gerindra), serta Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, I Nengah Adi Susanto.
Perlu diketahui berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 terdapat sebanyak 495.895 pemilih di Kota Denpasar. Pemilih tersebar di 1887 Tempat Pemungutan Suara (TPA) di 43 Desa/Kelurahan dengan rinciannya sebanyak 252.679 pemilih perempuan dan 243.216 pemilih laki-laki.
Caleg di Denpasar Diminta Berkreasi dan Inovatif
Berdasarkan usia, dari 495.895 pemilih di Kota Denpasar terbagi atas Generasi Z dan Y ketika digabungkan mencapai 51,0 persen. Sementara sisanya 49,0 % terbagi atas Generasi X, Baby Boomer, dan lansia.
Pengamat Politik Ras Amanda mengatakan besarnya ceruk suara dari kalangan generasi muda mau tidak mau akan mendorong perubahan perilaku komunikasi partai politik dan calon anggota legislatif untuk memperebutkan suara generasi muda.
“Dengan jumlah 50 persen ini, kita akan melihat banyak kreasi-kreasi politik yang dilakukan oleh aktor politik untuk mendekatkan diri melakukan komunikasi dengan pemilih muda yang menjadi ceruk terbesar,” terangnya.
Menurut Amanda karakteristik generasi muda cenderung lebih kritis dan logis dalam melihat aktor pemilik. Mereka tidak terlalu suka drama, gimik, serta pencitraan politik. Generasi muda tambahnya, lebih suka melihat kinerja dan kerja nyata di lapangan.
“Sehingga dalam pendekatan kepada generasi muda ini harus lebih kreatif, pasti, out of the box gayanya, serta penyampaian visi misinya harus minimal berbeda kalau menyasar generasi muda milenial ini,” terangnya.
Lebih jauh Amanda mengatakan bahwa generasi muda banyak mendapatkan informasi politik melalui media sosial, obrolan dalam pergaulan, dan keluarga. Kanal inilah yang nantinya akan mempengaruhi pilihan politik mereka. Untuk itu ia pun menyarankan agar partai politik dan Caleg dapat melihat potensi tersebut.
“Mereka (generasi muda) mungkin terlihat tidak memprioritaskan politik atau isu politik mereka jadikan prioritas untuk mereka pikirkan. Akan tetap mereka menyadari bahwa pentingnya untuk memilih dalam Pemilu karena mereka tahu kepentingan mereka memilih,” terangnya.
Reporter: Agus Pebriana
Editor: Ady Irawan

Tinggalkan Balasan