Kepatuhan Buta Instruksi Pusat, Ketua PSI Klungkung Pilih Mundur
Klungkung – Keputusan Drs Dewa Gede Alit Saputra atau akrab disapa Dewa Kayonan untuk mundur dari posisi Ketua DPD PSI Klungkung memberi ruang pembelajaran politik antara prinsip pribadi dan kepatuhan politik.
Sikapnya yang teguh mendukung Made Satria-Tjok Surya yang diusung PDI Perjuangan di Pilkada Klungkung 2024, meski bertentangan dengan garis partai, mencerminkan komitmennya terhadap nilai-nilai yang ia yakini, di atas loyalitas partai.
“Saya mengambil sikap lebih baik mundur dari PSI agar tetap bisa mendukung Made Satria. Jadi supaya tidak membawa-bawa nama partai lagi. Walaupun sekarang muncul koalisi Nawasena yang bergerak dengan cara apapun, saya ikut, tapi tidak membawa nama partai, personal jadinya,” terangnya saat dihubungi wartawan, Minggu 25 Agustus 2024.
Dewa Kayonan menyampaikan, dalam dunia politik tekanan untuk tunduk pada keputusan partai pusat sering kali menempatkan pemimpin daerah dalam dilema. Ketika PSI pusat memilih untuk mendukung pasangan Juliarta-Wijaya, ia menyatakan dengan tegas menolak untuk sekadar menjadi alat partai tanpa mempertimbangkan konteks lokal dan keyakinan pribadinya.
“Secara personal karena saya sendiri sebagai ketua DPD PSI di kabupaten, itu kita tidak searah dengan itu. Tapi karena memang harus keputusannya linier, satu komando dari DPP, DPW, dan seterusnya, apa boleh buat. Dengan segala argumen bahwa yang di Kabupaten kita pahami situasinya seperti apa, tentu Ketua DPD yang paham,” pungkasnya.
Dengan mundur, ia mengaku menghindari jebakan politik yang memaksanya menandatangani kebijakan yang tidak ia percayai, dan menghindari terjebak dalam birokrasi politik yang menekan kebebasan berpikir.
“Sikap seperti ini pernah saya lakukan pada tahun 2019 saat dukungan kepada calon bupati Nyoman Suwirta periode ke-2 waktu itu. Ketika rekomendasi dari pusat dialihkan ke pasangan lawannya Nyoman Suwirta, hari itu pula saya memilih mundur dari jabatan sekretaris DPC Hanura. Itu komitmen,” tegas Dewa Kayonan.
Langkah ini sebutnya, adalah cerminan dari pentingnya keberanian moral dalam politik. Bagi pemimpin lokal, memahami realitas di lapangan adalah kunci untuk meraih kepercayaan publik.
Ia tidak hanya mempertaruhkan jabatannya, tetapi juga menunjukkan bahwa politik, di tingkat lokal, harus didasarkan pada keyakinan yang jujur, bukan sekadar mengikuti perintah dari atas.
“Saya sudah mengambil sikap mengajukan pengunduran diri melalui Sekretaris DPW PSI kemarin. Jadi saya sudah serahkan sepenuhnya apa langkah-langkah apa yang akan ditempuh. Yang jelas secara personal, sempat ke DPW, saya sudah mengundurkan diri,” terang Dewa Kayonan.
Ia menegaskan, pengunduran dirinya menjadi simbol dari pilihan politik yang mendahulukan integritas dan keberpihakan pada rakyat, alih-alih mengejar kekuasaan melalui jalur partai. Sikap ini menjadi kritik terhadap sistem politik yang sering kali memaksakan keseragaman di atas pluralitas pandangan.
“Saya berpendapat bahwa politik lokal memiliki dinamika tersendiri, dan bahwa pemimpin lokal harus diberi ruang untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan kepentingan daerahnya, bukan sekadar instruksi pusat,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan