Slogan One Commando atau Satu Jalur Tanpa Visi, Bali di Ambang Risiko
Denpasar – Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr. I Nyoman Subanda, menyuarakan kekhawatirannya terhadap tren kampanye one commando atau satu jalur yang digaungkan sejumlah pasangan calon kepala daerah di Bali.
Sebagai pengamat politik Bali, ia menekankan pentingnya visi dan misi yang jelas dan berakar pada problematika daerah untuk menghindari penyimpangan dalam pengelolaan Bali ke depan.
Subanda menjelaskan, banyak paslon yang menggunakan tagline satu jalur atau one commando dalam kampanye mereka.
Namun, di balik popularitas slogan ini, ia melihat kurangnya pemahaman mendalam terkait problematika dan potensi daerah.
Tanpa visi dan misi yang terukur, ia memperingatkan, slogan ini justru bisa mengancam kekayaan budaya dan tata ruang Bali.
“Bahayanya kalau tidak punya visi-misi yang diangkat dari problematika lokal, daerah bisa tergiring ke arah yang tidak sesuai dengan nilai dan budaya Bali. Izin apa saja bisa terjadi, termasuk investor yang mengabaikan tata ruang,” jelas Subanda pada Rabu (31/10/2024).
Ia menyoroti potensi penyalahgunaan tata ruang dan kelemahan dalam pengambilan kebijakan jika satu jalur diterapkan tanpa rencana matang yang mempertimbangkan adat dan budaya Bali.
Hubungan yang terlalu linear antara pusat dan daerah, menurut Subanda, dapat mengancam otonomi daerah Bali jika kepentingan pusat lebih dominan daripada keunikan lokal.
“Kita khawatir jika calon pemimpin tidak punya konsep atau visi misi yang kuat. Otonomi daerah harusnya memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan potensi lokal, budaya, dan kebutuhan masyarakat Bali, bukan sekadar mengikuti arahan pusat,” tambahnya.
Ia mengingatkan, pembangunan Bali yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jika paslon mampu menawarkan solusi konkret berdasarkan pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat, bukan sekadar mengikuti tren politik.
Reporter: Yulius N
Tinggalkan Balasan