Denpasar – Pengamat pendidikan, Prof Rumawan Salain menilai aksi inspeksi pendidikan (sidak) sekolah yang dilakukan oleh Arya Wedakarna (AWK) dapat dilihat dari segi positif maupun negatif.

“Pertama, kita harus lihat dulu latar belakang kenapa AWK melakukan sidak ke sekolah. Kan kita lihat dulu otoritasnya AWK datang sebagai DPD. Pasti ada alasannya, misalnya; melihat kerajinan daripada guru, siswa, proses belajar mengajar, kedisiplinan, dan lain-lain,” sebutnya kepada wacanabali.com, Jumat (19/1/24).

Positifnya, kegiatan sidak ke sekolah dapat digunakan sebagai upaya mengevaluasi keberadaan sistem pendidikan yang ada saat ini.

“Nah nantinya hasil evaluasi ini yang perlu kita minta ke beliau. Saya berharap sebenarnya komite dan dewan pendidikan ikut aktif juga melakukan hal-hal yang mirip dengan SOP yang telah diberikan,” sambungnya.

Baca Juga  Tak Penuhi Syarat, Laporan AWK Ditolak Bawaslu

Kendati demikian, Rumawan menilai, pemberian punishment (hukuman) dan reward (penghargaan) diperlukan sebagai upaya membangun karakter anak didik.

“Jangan melihat hukuman itu sebagai sesuatu yang merendahkan. Saya sebagai guru juga ada menerapkan punishment dan reward dalam rangka mengedukasi. Hanya saja itu berbicaranya mungkin tidak perlu dipamerkan ke luar,” terangnya.

Sebelumnya diberitakan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Bali Arya Wedakarna alias AWK kembali disorot netizen berkat aksi sidak yang dilakukan di sejumlah sekolah.

Teranyar, sosok kontroversial ini mengunggah aksi sidak yang digelarnya di SMKN 5 Denpasar. Dalam video tersebut, AWK terlihat menegur beberapa guru karena diduga memberikan hukuman kepada beberapa siswa yang terlambat datang ke sekolah.

Baca Juga  Usai Dipecat, AWK Banjir Dukungan Netizen

“Saya menyaksikan sendiri anak-anak yang terlambat 3 menit diminta menyimpulkan isi buku yang cukup tebal hingga ketinggalan 2 mata pelajaran,” sebutnya kepada awak media di kantornya, Kamis (18/1/23).

Dirinya mengaku khawatir pemberian hukuman bagi siswa di sekolah akan berdampak buruk bagi kelangsungan sistem pendidikan ke depannya.

Reporter: Komang Ari