Denpasar – Salah satu tokoh pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center tahun 2004, Ken Setiawan mengatakan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tidak terlepas dari ancaman radikalisme terorisme.

Persaingan kontestasi lima tahunan ini memicu timbulnya konflik politik yang dapat dimanfaatkan dan menjadi celah bagi kelompok radikal menjalankan agendanya.

Kepada wartawan wacanabali.com, Ken menyebut jelang pelaksanaan Pemilu intoleransi dan radikalisme mulai santer terlihat ke permukaan.

Terlebih, saat ini ia melihat kelompok-kelompok yang tadinya anti demokrasi kali ini cenderung mendukung salah satu pasangan calon (paslon) yang dianggap bisa mewujudkan keinginan mereka.

Bentuk-bentuk intoleransi, kata Ken, sudah mulai terlihat saat ini. Orang-orang yang tadinya berteman, mulai renggang gara-gara berbeda pilihan. Momen inilah yang menurut Ken akan dimanfaatkan kelompok radikal.

Baca Juga  Menuju Senayan, Wayan Sukayasa Bawa Visi “Implementasi Bali”

“Seperti beberapa waktu lalu, ada statement dari salah satu terpidana kasus bom Bali untuk memilih Capres (Calon Presiden, red) yang bisa memfasilitasi mereka kedepan.”

“Walaupun sebenarnya kelompok ini anti demokrasi, tapi momen kali ini mereka ikut mendukung agar kepentingan mereka bisa terpenuhi,” ungkap Ken Setiawan, Sabtu (20/1/24).

Ken mengaku merasa sangat khawatir, dikarenakan kelompok-kelompok radikal ini sangat yakin, calon yang mereka usung bisa menang di Pemilu 2024.

Sehingga dirinya berharap, masyarakat memberikan hak suaranya kepada Paslon yang tepat, memilih pemimpin yang benar-benar mampu menciptakan keadaan negara yang lebih baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Rata-rata mereka (kelompok radikal, red) ini kan mengedepankan politik identitas, menggunakan isu-isu tegaknya Syariat hukum-hukum Islam. Kebetulan tepat momennya satu abad sejak 1924 hingga 2024 mereka akan bangkit lagi, bertepatan dengan Pemilu juga di Indonesia,” ungkapnya.

Baca Juga  Golkar Bali Satu Komando, Siap Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Meski sepanjang 2023 tidak terjadi aksi teror, menurut Ken, ancaman teror pada Pemilu 2024 tetap akan ada. Ia berharap politisi turut meminimalkan terjadinya konflik di masyarakat, termasuk tidak menggerakkan massa pendukung untuk dibenturkan dengan pendukung lainnya.

“Kelompok-kelompok ini akan berusaha masuk ke parlemen bagaimanapun caranya, bukan mustahil cara-cara kudeta bisa saja mereka lakukan,” pungkas Ken.

Reporter: Gung Krisna
Editor: Ady Irawan