JMW: Stop Wacana Pariwisata Halal di Bali !
Denpasar – Salah satu tokoh adat di Bali, Ketut Wisna mengingatkan bahwa pariwisata Bali adalah pariwisata yang berbasis adat dan budaya yang dilaksanakan oleh desa adat. Untuk itu menurutnya, wacana membangun pariwisata halal di Bali harus ditutup dan jangan dibuka lagi.
Pernyataan tersebut disampaikan terkait peluang dibukanya lagi wacana pembangunan pariwisata halal di Bali setelah Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Enik Ermawati mengatakan sejauh ini belum ada rencana untuk tidak melanjutkan rencana program tersebut. Pernyataan Wamenpar ini sontak memantik kereshan.
“Jelas ini meresahkan. Pariwisata Bali lebih elok pariwisata yang berbasis adat dan budaya yang dilaksanakan desa adat. Biarkan seperti itu. Biarkan mereka (wisatawan, red) yang datang ke Bali karena ingin melihat keindahan alam, adat dan budaya kita. Tidak perlu embel-embel halal,” tegas Bendesa Adat Kesiman yang akrab disapa JMW itu, Jumat (1/11/24).
Sebelumnya, Wamenpar Ni Luh Enik Ermawati mengatakan pihaknya saat ini sedang memastikan kesiapan struktur internal kementerian. Namun ia mengatakan belum ada rencana untuk tidak melanjutkan program wisata halal di Bali.
“So far belum ada pembahasan untuk tidak melanjutkan (wisata halal Bali),” kata Ni Luh Puspa di Senayan, dilansir Tempo, Rabu, 30 Oktober 2024.
Diketahui, wacana membangun wisata halal di Bali sempat menimbulkan polemik. Wacana ini menjadi isu sensitif. Banyak yang menolak tidak menginginkan jika di Bali dikembangkan destinasi tertentu sebagai destinasi khusus wisata halal.
Awal polemik ini muncul karena adanya kabar yang menyatakan bahwa Wishnutama, Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu akan merancang Pulau Dewata dan Toba sebagai destinasi ramah muslim.
Sementara itu, pengganti Wishunatama, Sandiaga Uno, mengatakan telah bertemu dan berdiskusi langsung dengan Gubernur Bali saat itu Wayan Koster untuk membahas soal wisata halal di Bali.
Sandiaga menegaskan semua pihak telah bersepakat bahwa Bali mengedepankan pariwisata berbasis budaya, berkearifan lokal, berkelanjutan, berkualitas, dan sehat.
Tinggalkan Balasan