Putu Suasta: Arogansi Kura-Kura Bali Merusak Citra dan Menghina Wartawan!
Denpasar – Dunia pers Indonesia kembali tercoreng oleh arogansi pihak swasta. Kali ini, manajemen Kura-Kura Bali menuai sorotan tajam setelah seorang wartawan yang diundang resmi untuk meliput acara di lokasi tersebut malah mendapat perlakuan tidak layak.
Alih-alih memberikan akses, pihak keamanan Kura-Kura Bali justru mempersulit bahkan menghalau wartawan.
Putu Suasta, pengamat sosial dan budayawan, menilai insiden ini sebagai bentuk penghinaan terhadap kebebasan pers.
“Perlakuan seperti ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak menghargai wartawan yang hanya menjalankan tugas. Ini adalah bentuk pelecehan terhadap profesi jurnalistik yang dilindungi oleh undang-undang,” ungkap Putu Suasta di Denpasar, Sabtu (14/12/2024)
Lebih lanjut, ia menyoroti masalah kepemilikan tanah yang digunakan oleh Kura-Kura Bali, yang terletak di atas tanah reklamasi.
“Seharusnya tanah reklamasi tersebut dikelola dengan bijak dan memberikan manfaat kepada masyarakat Bali. Bukan malah dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir pihak dengan cara-cara yang tidak transparan dan tidak ramah lingkungan,” sebutnya.
Sikap arogan ini berpotensi merusak citra perusahaan di mata investor. Ketidakramahan terhadap lingkungan dan media dapat menciptakan persepsi negatif yang sulit diperbaiki.
“Kalau perusahaan seperti ini tidak segera berubah, kita harus ganyang! Jangan biarkan perusahaan yang berdiri di tanah reklamasi terus-menerus melukai lingkungan dan meremehkan masyarakat, termasuk wartawan,” tegas Putu Swasta.
Ia mendesak agar pemerintah daerah bertindak tegas terhadap Kura-Kura Bali. Insiden ini menjadi alarm bahwa kesewenang-wenangan manajemen swasta tidak boleh dibiarkan. Wartawan sebagai pilar demokrasi harus mendapatkan penghormatan, bukan perlakuan semena-mena. (wan)
Editor: Irawan
Tinggalkan Balasan