Klungkung – Hamparan tanah seluas 2,8 hektar milik laba pura Parahyangan Penida menjadi saksi perjuangan gigih Ketut Leo dan Made Satria beserta warga pengempon yang terdiri dari 8 Banjar Adat dari 4 Desa Adat Nusa Penida untuk mempertahankan tanah laba pura yang diwariskan dari leluhur mereka.

Kisah perselisihan dengan investor mengenai tanah laba pura yang letaknya di pinggir pantai Crystal Bay ini telah mendorong warga untuk menuntut hak hingga ke pusat kekuasaan di Jakarta.

Dengan ketulusan dan keikhlasan, Ketut Leo dan Made Satria berdiri di barisan depan, memimpin warga dalam berbagai aksi dan upaya hukum. Tekad yang kuat tetap bertahan dan terus maju berjuang.

Baca Juga  Made Satria Sambangi Golkar, Samakan Persepsi Membangun Klungkung

“Begitulah perjalanan kami sudah berlarut-larut. Bahkan bertahun-tahun saya sudah mendampingi bapak Made Satria dan Ketut Leo kesana kemari. Bahkan saya banyak diteror oleh tim pengembang, tetapi Pak Ketut Leo menyarankan tetap tegar, bahkan beliau memberi tahu supaya tidak takut,” ungkap I Nyoman Sadru selaku pengempon pura kepada wartawan di Nusa Penida, Minggu 4 Agustus 2024.

Nyoman Sadru menuturkan, perjuangan ini tidaklah mudah. Warga Nusa Penida harus berhadapan dengan berbagai tantangan, baik dari pihak lawan yang memiliki kekuatan dan pengaruh, maupun dari sisi birokrasi yang rumit.

Ia menceritakan, dalam setiap langkah perjuangan, Ketut Leo selalu menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas. Mereka berulang kali mengingatkan bahwa perjuangan bukan hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk anak cucu agar tetap dapat menikmati dan merawat tanah leluhur yang sakral.

Baca Juga  Made Satria Calon Bupati Klungkung Tak Diragukan Lagi Urusan Sosial

“Pak Tut Leo dan Pak Made Satria selalu memberi semangat bahwasannya kita punya sesuhunan, kita membela kebenaran demi masyarakat, demi umat. Selaku pengempon pura, kami menjadi jengah,” tutur Nyoman Sadru.

Hal senada juga diceritakan oleh I Wayan Tiasa, dalam aksi-aksi protes damai dilakukan di berbagai tempat, mulai dari kantor pemerintah daerah hingga ke Jakarta. Saat itu warga Nusa Penida berharap agar pemerintah pusat bisa mendengar dan memahami keluhan mereka, serta mengambil tindakan yang adil demi menyelesaikan sengketa.

“Pak tut Leo dan Made Satria memang orangnya darmawan. Ia membantu masyarakat itu dengan tulus ikhlas. Beliau menyumbangkan pemikirannya, tenaganya dan keuangan. Contohnya kami dalam memperjuangkan laba pura ini semua biaya dari mereka hingga kami sampai ke Jakarta,” pungkas Wayan Tiasa.

Baca Juga  Tika Winawan: Pembangunan Klungkung Daratan dan Nusa Penida perlu Digarap Optimal

Perjuangan warga Nusa Penida adalah contoh nyata bagaimana semangat kebersamaan dan keikhlasan bisa menjadi kekuatan besar dalam menghadapi ketidakadilan. Dengan ketulusan dan keikhlasan, warga Nusa Penida, terus berjuang demi masa depan tanah laba pura yang mereka cintai. Perjuangan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga warisan leluhur dan memperjuangkan keadilan.